REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Konferensi internasional Southeast Asia Business Event Forum (SEABEF) dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, Jumat (3/2).
Forum tersebut membahas isu-isu utama pengembangan Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE) di ASEAN, khususnya di Indonesia. Sandiaga pun mendorong ASEAN sebagai episentrum event berskala internasional.
SEABEF digelar dengan mengangkat tema Fostering Southeast Asia Business Event Approaching the PostPandemic Era. Sesuai dengan tema tersebut, SEABEF digelar dengan tujuan membahas isu-isu utama dalam pengembangan MICE, khususnya di masa pemulihan pascapandemi.
"Melalui acara ini kita mendorong lembaran baru dari MICE di kawasan ASEAN dan Indonesia yang sedang memegang keketuaan ASEAN, akan membawa satu kepemimpinan agar lebih banyak event-event berkelas dunia di kawasan ASEAN, terutama Indonesia," kata Sandiaga.
Secara garis besar, ada tiga poin pada isu utama yang dibahas dalam forum tersebut yakni SDM, manajemen krisis, dan sustainability. Forum ini juga diharapkan semakin memperkuat kolaborasi untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan MICE antar pelaku industri MICE di Indonesia dan ASEAN
Sekaligus, menjadikan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi melalui penyelenggaraan MICE berskala internasional. Pelaksanaan SEABEF, lanjutnya, juga menjadi momentum untuk mencanangkan komitmen Indonesia terhadap green meeting.
Sandiaga menuturkan, saat ini ekonomi dunia sudah menunjukkan pertumbuhan positif setelah terdampak akibat pandemi Covid-19, begitupun dengan Indonesia. Dalam catatan World Economic Forum (WEC), daya saing Indonesia dalam indeks pembangunan pariwisata dan perjalanan (TTDI) melompat 12 poin ke peringkat 32 dunia.
Dalam hal kontribusi ekonomi, pariwisata dan ekonomi kreatif juga berhasil mendorong penciptaan 3,3 juta lapangan kerja baru. Hal itu, katanya, melampaui target dari yang sebelumnya ditetapkan yakni sebesar 1,1 juta.
Meski demikian, perkembangan dalam cakupan kawasan, Asia Tenggara masih tertinggal dari Eropa dan Amerika. "Karenanya dengan berada disini, saya harap kita bisa mulai akselerasi dan mengejar ketinggalan dengan menghadirkan MICE berskala internasional," lanjutnya.
Lebih lanjut, Sandiaga menyebutIndonesia berkomitmen untuk terus mengembangkan sektor MICE sebagai salah satu penopang ekonomi nasional. Salah satunya dengan menyiapkan kemudahan perizinan (deregulasi) dalam perolehan izin penyelenggaraan kegiatan MICE.
Termasuk menyiapkan desa-desa wisata sebagai lokasi penyelenggaraan MICE. "Kami akan terus berkomitmen untuk mengembangkan acara MICE di Indonesia dengan melakukan berbagai kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan. Kami percaya MICE mampu menciptakan kegiatan ekonomi, menciptakan investasi, dan lapangan kerja," ujarnya.
Untuk itu, ia mengajak pelaku industri MICE memperkuat komitmen guna menghadirkan gelaran MICE yang memperhatikan isu-isu keberlanjutan. Seperti mengajak peserta kegiatan MICE menghitung carbon footprint dan melakukan offset dengan kegiatan seperti penanaman pohon mangrove, atau berkontribusi dengan melakukan kegiatan wisata yang ramah lingkungan.
"Produk wisata ecotourism menjadi tone utama dalam menjalankan bisnis event dan MICE ke depan. Menjadi gold standard untuk menjadikan event-event ini memenuhi aspek keberlanjutan," jelas Sandiaga.