REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Lembaga Penanganan Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) menyiapkan 29 relawan Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah untuk membantu korban gempa Turki dan Suriah. EMT adalah tim medis darurat yang terverifikasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Lembaga Penanganan Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bergerak cepat dengan menyiapkan 29 relawan Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah. Menurut Ketua MDMC Budi Setiawan, Koordinator EMT Muhammadiyah dr Corona Rintawan SpEM telah menyiapkan 29 relawan dalam keadaan siaga dan siap berangkat.
"Saat ini, EMT Muhammadiyah tengah berkoordinasi dengan pemerintah yaitu BNPB, Kemenko PMK, Pusat Krisis Kemenkes, dan Kementerian Luar Negeri," kata Budi, Selasa (7/2/2023).
EMT adalah tim medis darurat yang terverifikasi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Relawan dalam tim EMT itu sendiri terdiri dari lima dokter emergency, dua dokter bedah orthopedi, tujuh perawat, dua apoteker, satu bidan, satu psikolog, satu safety & security officer, tujuh logistik (setup WASH dan lainnya), satu admin medis, satu dokumentator, dan satu liaison officer.
Atas musibah gempa yang menimpa Turki dan Suriah, MDMC mengajak masyarakat terutama warga Persyarikatan untuk ikut meringankan beban para penyintas dengan berdonasi melalui LazisMu. Turki mengumumkan tujuh hari masa berkabung usai diguncang gempa berkekuatan magnitudo 7,8 Skala Richter.
Upaya penyelamatan terhambat oleh badai salju musim dingin yang menutupi jalan-jalan utama dengan es dan salju. Gempa membuat tiga bandara utama di daerah itu tidak dapat beroperasi, sehingga mempersulit pengiriman bantuan vital.