REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Sebanyak 20 tahanan ISIS melarikan diri dari penjara barat laut Suriah usai gempa bumi mengguncang Turki dan Suriah. Para tahanan memberontak dan mengambil kesempatan untuk kabur dari penjara di kota Rajo dekat perbatasan dengan Turki pada Senin lalu.
"Setelah gempa terjadi, Rajo terpengaruh dan narapidana mulai memberontak dan menguasai bagian-bagian penjara," kata pejabat di penjara Rajo, yang dikendalikan oleh faksi pro-Turki, dikutip laman Al Arabiya, Rabu (8/2/2023).
"Sekitar 20 tahanan melarikan diri yang diyakini (anggota ISIS)," ujarnya menambahkan. Pejabat itu mengatakan, penjara itu menampung sekitar 2.000 narapidana. Sekitar 1.300 di antaranya diduga adalah milisi ISIS dan dikatakan penjara juga menampung milisi dari pasukan pimpinan Kurdi.
Gempa berkekuatan 7,8 skala richter yang diikuti oleh puluhan gempa susulan di wilayah tersebut menyebabkan kerusakan pada penjara. Dinding dan pintu di bagian-bagian penjara retak.
Pemantau perang Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris belum bisa memverifikasi apakah tahanan telah melarikan diri. Namun pihaknya mengonfirmasi bahwa ada pemberontakan.
Setidaknya 1.444 orang tewas di seluruh Suriah setelah gempa dahsyat yang berpusat di Turki barat daya. Kemungkinan korban terus bertambah dalam upaya evakuasi. White Helmets, kelompok penyelamat mengatakan, di beberapa bagian barat laut negara itu, setidaknya 733 orang tewas dan lebih dari 2.100 terluka.
Insiden di Rajo terjadi setelah ISIS menyerang sebuah kompleks keamanan di bekas ibu kota de facto Suriah Raqa pada Desember. Serangan itu bertujuan untuk membebaskan sesama ekstremis dari penjara di sana.
Enam anggota pasukan keamanan pimpinan Kurdi yang menguasai daerah itu tewas dalam serangan yang digagalkan itu. Konflik di Suriah dimulai pada 2011 dengan represi brutal terhadap protes damai dan meningkat hingga menarik kekuatan asing dan jihadis global.
Hampir setengah juta orang telah terbunuh. Konflik tersebut telah memaksa sekitar setengah dari populasi sebelum perang di negara itu meninggalkan rumah mereka, dengan banyak yang mencari perlindungan di Turki.