REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) Malang baru saja meluncurkan Artificial Intelegence (AI) Center di UB, Kota Malang, Rabu (15/2/2023). Pusat AI ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk semua program studi (prodi) di UB.
Ketua AI Center UB, Wayan Firdaus Mahmudy menyatakan, teknologi AI diketahui dapat bertindak dan bernalar seperti manusia. Teknologi ini juga sudah banyak diterapkan di berbagai bidang.
"Seperti identifikasi penyakit sampai sehari-hari menggunakan robot untuk mengepel," jelas pria yang juga Dekan Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) UB tersebut.
Mengetahui hal tersebut, Wayan pun teringat teori evolusi Darwin yang menyebutkan yang mampu bertahan hidup bukan yang paling kuat dan pintar tetapi paling responsif terhadap perubahan. Dari sini, dia pun mempertanyakan apakah Filkom atau UB akan bertahan sekitar 10 sampai 20 tahun ke depan apabila tetap menggunakan cara tradisional.
Menurut dia, UB harus menyesuaikan dengan perubahan yang ada termasuk melalui AI. Dengan teknologi tersebut, maka penelitian dari bidang berbeda dapat digabungkan. Kemudian juga memberikan semacam pengalaman belajar yang lebih adaptif.
Apabila dosen bertahan dengan cara tradisional, Wayan khawatir mereka akan terlindas dengan teknologi. Dia mencontohkan fenomena kehadiran teknologi Chat GPT di dunia. Teknologi AI tersebut dapat menjawab semua pertanyaan meskipun tidak 100 persen benar untuk saat ini.
Meksipun demikian, Wayan memprediksi, akurasi kebenaran Chat GPT akan semakin baik ke depannya. Sebab itu, dia berharap dosen dapat hidup berdampingan dengan teknologi. "Jangan sampai kita risih seperti tukang ojek pangakalan, yang memusuhi ojek online yang kemudian akhirnya tersingkir," ujarnya.
Untuk menjalankan program AI Center, Wayan mengungkapkan, telah dan akan melaksanakan workshop penggunaan komputer secara rutin. Lalu akan menyosialisasikan AI di seluruh bidang studi melalui webinar series. Kemudian pihaknya nanti akan berusaha mengekspos penelitian UB terutama tentang AI.
Sementara itu, Wayan mengatakan, saat ini pihaknya sedang membentuk tim silabus AI untuk semua prodi. Dia berharap AI dapat menjadi mata kuliah (matkul) pilihan untuk semua prodi kemudian lambat-laun menjadi wajib seperti agama dan kewirausahaan.
"Jadi harus ada kerja sama dari semua prodi dan Filkom tentang AI yang dibutuhkan itu seperti apa," jelasnya.
Pada kesempatan sama, Rektor UB Prof Widodo mengatakan, salah satu alasan mendasar yang membuatnya mendirikan AI Center adalah kebutuhan dosen. Kemudian juga ditujukan untuk publikasi karena jumlah artikel yang masuk Q1 dan Q2 relatif sedikit.
Jumlah penelitian yang dihasilkan UB memang banyak tetapi secara kualitas masih sangat rendah. Ia menilai artikel ilmiah di bidang apapun akan lebih berkualitas dengan mengaitkannya dengan AI.
Jika berkualitas, maka akan mudah masuk ke jurnal bereputasi tinggi. "Jadi harapannya tidak hanya number paper tetapi kualitas juga," kata dia.
Di samping itu, dia juga menyinggung bahwa saat ini di bidang apapun selalu berhubungan dengan AI. Hal ini termasuk dalam pengajaran yang dilakukan dosen kepada mahasiswa. Sebab itu, dia mendorong agar dosen di semua bidang mampu menghasilkan riset yang mengaitkannya dengan AI.
Melihat hal tersebut, maka Widodo menyampaikan tagar UB saat ini adalah AI University. Hal ini dianggap sangat penting apalagi dia sudah mendiskusikan dengan tim agar seluruh mahasiswa mendapatkan pengalaman dan pembelajaran tentang AI di prodi masing-masing.
Dorongan ini tidak hanya ditunjukkan kepada prodi eksakta tetapi soshum juga. "AI di bidang sosial sudah banyak. Ekonomi itu tren digital marketing dengan AI. Saya kira hukum, kemudian seluruh bidang psikologi, komunikasi, dan lain-lain tidak bisa lari dari AI," jelasnya.