Rabu 15 Feb 2023 19:22 WIB

Bulog Jateng Siap Gelontorkan 1,08 Juta Liter Minyak Goreng

Penyaluran komoditas ini dilaksanakan sebelum Ramadhan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jawa Tengah, Akhmad Kholisun (kiri) bersama Wakil Ketua Satgas Pangan Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah, AKBP Rosyid Hartanto meninjau minyak goring di gudang Bulog Tambak Aji, Semarang, Rabu (15/2).
Foto: Dok. Republika
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jawa Tengah, Akhmad Kholisun (kiri) bersama Wakil Ketua Satgas Pangan Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah, AKBP Rosyid Hartanto meninjau minyak goring di gudang Bulog Tambak Aji, Semarang, Rabu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kantor Wilayah Perum Bulog Jawa Tengah segera menyalurkan minyak goreng kualitas medium sebanyak 1,08 juta liter. Penyaluran komoditas yang mengalami kelangkaan di pasaran ini dilaksanakan sebelum  Ramadhan 1444 Hijriyah tiba.

Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jateng, Akhmad Kholisun mengungkapkan, stok minyak goreng di gudang Bulog saat ini memang hanya ada 96 ribu liter. “Namun jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan pengiriman dari distributor minyak goreng yang sudah mulai berproses,” ungkapnya, dalam keterangan pers di gudang Bulog, Tambak Aji, Semarang, Rabu (15/2/2023).

Menjelang momentum Ramadhan tahun ini, lanjutnya, Bulog Jateng mendapatkan penugasan untuk menyalurkan komoditas minyak goreng dalam rangka menyikapi kelangkaan dan lonjakan harga di tingkat masyarakat.

Untuk itu, Bulog Jateng telah memesan sebanyak 1,08 juta liter minyak goreng kualitas medium. “Saat ini sudah mulai pengiriman dan per Selasa (14/2) kemarin, kami sudah menerima 18 ribu liter,” jelas dia.

Sisanya, lanjut Akhmad, pengiriman minyak goreng ke gudang Bulog akan terus berjalan hingga terpenuhi sebanyak 1,08 liter, guna mencukupi kebutuhan selama bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri nanti.

“Sehingga secara bertahap setiap pekan pengiriman minyak goreng ini akan terus dilakukan sampai dengan jumlahnya terpenuhi, sebelum memasuki bulan Ramadhan nanti,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan, minyak goreng ini sumbernya dari PT BEST dan PT Kusuma. Di samping itu, saat ini Bulog juga sedang melakukan penjajakan kerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Jateng untuk mendapatkan minyak goreng dari PT DKI.

"Berapa jumlahnya memang belum mendapatkan angka yang pasti, tetapi insya Allah nanti akan ditindaklanjuti kerja sama ini," ujarnya.

Untuk pendistribsiannya, masih jelas Akhmad, Bulog akan menjual melalui Rumah Pangan Kita (RPK), operasi pasar dan menjual langsung kepada konsumen. Harganya maksimal sesuai dengan HET, untuk yang medium Rp 14 ribu per liter (maksimal) di end user (konsumen).

Jadi nantinya Bulog menjual ke RPK di bawah harga itu. Yakni di harga Rp 12.700 – Rp 13 ribu per liter. “Sehingga nanti RPK menjual di harga Rp 14 ribu per liter sesuai dengan situasi pasar, tetapi tetap di rentang HET,” jelas dia.

Akhmad menambahkan, sebanyak 1,08 juta liter minyak goreng tersebut akan dibagi untuk empat cabang di wilayah Bulog Jateng, yakni Sub Divre Semarang, Pati, Surakarta, dan Pekalongan.

“Dengan adanya intervensi dari Bulog ini, diharapkan kebutuhan minyak goreng di masyarakat jelang Ramadhan dan Idul Fitri nanti terpenuhi dengan harga yang terkendali,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Satgas Pangan Ditreskrimsus Polda Jateng, AKBP Rosyid Hartanto menambahkan, tugas Satgas Pangan selain membantu melakukan monitoring bersama dengan stakeholder terkait, juga membantu dalam proses distribusinya supaya tidak terjadi hambatan.

Ia juga menyampaikan, untuk stok aman minyak goreng curah di Jateng mencapai tujuh juta kg atau 7.000 ton dan minyak goreng kemasan mencapai dua juta kg atau 2.000 ton lebih.

Namun dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang mencapai 566 ton, menjadikan Minyakita terasa semakin sulit dicari. Karena masyarakat yang dari minyak goreng premium beralih ke Minyakita.

Kemudian masyarakat yang sebelumnya mengonsumsi minyak curah perlahan-lahan juga mulai mengonsumsi Minyakita. “Sehingga, Minyakita ini sekarang menjadi sulit dicari, karena demandnya banyak, sementara suplainya kita ketahui bertahap,” ungkap Rosyid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement