Kamis 16 Feb 2023 04:50 WIB

Distab Kulonprogo Target Cetak 35 Hektare Sawah Baru pada 2023

Alih fungsi sawah dari 2016 hingga saat ini lebih dari 400 hektare.

Petani membersihkan rumput atau matun pada lahan persawahan di Kulonprogo, DI Yogyakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani membersihkan rumput atau matun pada lahan persawahan di Kulonprogo, DI Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, KULONPROGO -- Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencetak sawah baru seluas 35 hektare pada 2023, yang diharapkan meningkatkan produksi padi dan ketahanan pangan setempat.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo Aris Nugraha di Kulonprogo, mengatakan pada 2023 ini, Dinas Pertanian dan Pangan mencetak sawah baru 35 hektare dan mengusulkan kembali 35 hektare pada 2024.

"Cetak sawah baru ini dalam rangka mengantisipasi alih fungsi lahan di Kulonprogo," katanya.

Ia mengatakan setiap satu hektare lahan cetak sawah baru bisa menghasilkan 6-7 ton per hektare gabah kering panen (gkp), sehingga dengan cetak sawah baru seluas 35 hektare bisa menambah produksi padi berkisar antara 200-245 ton.

"Sebanyak 200 ton sampai 245 ton ini untuk satu kali masa panen. Di Kulonprogo ini bisa dua kali panen, sehingga lahan cetak sawah baru ini dalam satu tahun bisa mendukung produksi padi di Kulon Progo antara 400 ton hingga 490 ton. Jumlah ini belum termasuk satu kali panen palawija," katanya.

Lebih lanjut, Aris mengatakan pada tahun ini, pihaknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pengondisian lahan dan pengondisian sumber daya petani. Petani harus diubah pola pikir dari lahan kering menjadi petani lahan sawah.

"Kami melakukan pendampingan kepada mereka, supaya lahan cetak sawah baru ini bisa maksimal produksinya," katanya.

Sebelumnya, Wakil Ketua I DPRD Kulonprogo Ponimin Budi Hartono mendorong pemerintah setempat segera merealisasikan program cetak sawah baru seluas 270 hektare di Desa Banyuroto dalam rangka mengganti sawah yang alih fungsi akibat pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta.

Ia mengatakan alih fungsi sawah dari 2016 hingga saat ini lebih dari 400 hektare yang digunakan untuk pembangunan bandara dan jalan pendukung bandara, sehingga perlu adanya lahan pengganti untuk ketahanan pangan ke depan.

"Alih fungsi sawah ini harus diatasi dengan cetak sawah baru, supaya ketahanan pangan tetap terjaga, dan di sisi lain pembangunan program nasional tetap berjalan," kata Ponimin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement