REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Bank Indonesia (BI) menyebut keberadaan Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN) di level wilayah dan daerah di seluruh Indonesia merupakan langkah nyata dalam mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia.
Saat ini tercatat ada 24 HEBITREN salah satunya adalah HEBITREN Banyumas yang berkomitmen kuat untuk mengembangkan ekonomi syariah bersama pesantren-pesantren di wilayah Banyumas.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung mengatakan, Bank Indonesia melihat hal tersebut sebagai salah satu potensi dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) di Indonesia.
"Melalui strategi pengembangan yang tepat, eksyar diyakini dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang luar biasa bagi Indonesia," ujar Juda Agung dalam Sarasehan Pesantren dan Pembukaan Mukerda HEBITREN Banyumas.
Ia menyebutkan ada lima hal yang menjadi fokus utama Bank Indonesia dalam pengembangan eksyar. Pertama, aspek ekosistem halal yang perlu dikembangkan melalui penguatan kapasitas pelaku dan model bisnis syariah, penguatan aspek kelembagaan, maupun penguatan infrastruktur pendukung utamanya akselerasi proses sertifikasi halal melalui self declare oleh Halal Center Universitas Jenderal Soedirman.
Kedua, aspek keuangan syariah perlu dikembangkan melalui penciptaan inovasi kebijakan dan instrumen pasar keuangan sebagai alternatif skema pembiayaan syariah serta untuk mengintegrasikan keuangan komersial dan sosial syariah.
Inisiatif yang perlu dilakukan bersama-sama seperti pengembangan blended finance melalui integrasi keuangan komersial dan sosial syariah maupun tindak lanjut UU P2SK yang memberikan penguatan kepada perbankan syariah.
Ketiga, aspek penguatan halal lifestyle. Bank Indonesia konsisten menyelenggarakan ISEF sebagai strategic integrator untuk kegiatan business coaching dan business matching guna mendorong peningkatan sektor ekonomi dan keuangan syariah. Keempat, aspek digitalisasi di mana peran teknologi digital sebagai game changer harus diperkuat untuk mengakselerasi ekonomi dan keuangan syariah.
Program seperti halal traceability dengan menggunakan teknologi blockchain dari hulu ke hilir maupun perluasan digitalisasi dalam Ziswaf terus dilakukan sebagai wujud komitmen Bank Indonesia mengembangkan eksyar dalam perannya sebagai regulator, akselerator, dan inisiator.
"Digitalisasi juga dapat diadopsi oleh rekan-rekan pesantren dalam wadah HEBITREN baik pada lini produksi unit bisnisnya (smart farming yang fokus pada pertanian) atau pada proses promosi, penjualan, dan sebagainya," ujar Juda.
Selanjutnya, pada kesempatan kali ini Bank Indonesia melalui Program Sosial Bank Indonesia (atau PSBI) turut memberikan bantuan berupa sarana edukasi digital economy pondok pesantren kepada Pondok Pesantren At Taujieh Al Islamy Kabupaten Banyumas dan bantuan berupa sarana dan prasarana bengkel kendaraan bermotor Hebi Motor kepada HEBITREN Banyumas Raya.
Hal ini sejalan dengan fokus terakhir atau kelima kunci sukses dalam pengembangan eksyar yaitu sinergi dan kolaborasi dimana pengembangan eksyar bersifat multidimensi sehingga diharapkan semua stakeholder termasuk pesantren melalui wadah HEBITREN dapat bersinergi dan berkolaborasi.
"Lima fokus utama di atas harapannya dapat menjadi referensi HEBITREN Banyumas Raya dalam merumuskan rencana pengembangan eksyar ke depan, sehingga mampu meningkatkan perekonomian di Banyumas Raya serta mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai pusat eksyar dunia," kata Juda.