REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo, Jawa Tengah, melakukan sejumlah langkah guna mengantisipasi kenaikan angka inflasi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1444 Hijriah.
Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Surakarta Nugroho Joko Prastowo mengatakan saat ini upaya yang sudah terjadwal yakni pelaksanaan operasi pasar dan pasar murah. "Baik di kelurahan maupun kecamatan, ini sudah dilakukan secara terjadwal," katanya.
Langkah lainnya antara lain gerakan tanam komoditas pokok, subsidi ongkos angkut, dan kerja sama antardaerah. Dengan demikian, diharapkan pada Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini angka inflasinya lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu.
Pada periode Ramadhan dan Lebaran 2022, angka inflasi di Solo pada Maret tercatat 0,93 persen dan April sebesar 1,47 persen. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi di Kota Solo itu disebabkan oleh inflasi inti seperti makanan olahan dan oleh-oleh.
Inflasi tersebut tidak lepas dari berbagai kegiatan yang terselenggara di Kota Solo. Kondisi itu berdampak pada permintaan makanan olahan dan oleh-oleh yang tergolong tinggi.
"Perbedaannya, kalau kota lain inflasi lebih banyak disebabkan oleh administered price dan volatile food, tetapi kalau di Solo inflasi karena barang jadinya, contohnya makanan," katanya.
Sebelumnya, Bulog Solo juga aktif mengendalikan harga beras dengan melakukan operasi pasar yang dilakukan di sejumlah titik di Kota Solo. Wakil Pimpinan Cabang Bulog Solo Andrew Ramadhan Syahab mengatakan operasi pasar merupakan program stabilisasi pasokan dan harga pangan.
"Ada arahan dari pemerintah, dari Badan Pangan Nasional dengan perpanjangan tangan ke kami agar koordinasi dengan Dinas Pertanian di kota-kota untuk melakukan operasi pasar," ujar dia.