Jumat 03 Mar 2023 18:54 WIB

Edukasi Gizi Seimbang Dimasifkan Cegah Remaja Alami Anemia Akibat Diet Ketat

Dinkes bantul menggerakkan kader kesehatan remaja yang ada di sekolah.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Pedoman gizi seimbang atau PGS (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Pedoman gizi seimbang atau PGS (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, DIY, memasifkan edukasi terkait gizi seimbang kepada remaja di sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan mengingat banyaknya remaja putri yang ditemukan mengalami anemia akibat melakukan diet ketat.  

Setidaknya, lebih dari 200 remaja putri di Bantul yang ditemukan anemia oleh Dinkes Bantul, yang juga dapat memicu stunting. Diet ketat yang tidak sehat dan seimbang dilakukan karena banyaknya remaja putri yang meniru kehidupan para idol.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, Dinkes Kabupaten Bantul, Siti Marlina mengatakan, perlunya dimasifkan edukasi gizi seimbang di sekolah mengingat remaja putri yang ditemukan anemia merupakan mereka yang masih duduk di bangku SMP hingga SMA.

"Kami melakukan edukasi terutama pada remaja-remaja putri bahwa mereka harus konsumsi diet seimbang," kata Marlina kepada Republika, Jumat (3/3).

"Kita edukasi lewat sekolah-sekolah. Edukasi-edukasi kita juga ada yang namanya Saka Bakti Husada, itu juga salah satu intervensi kami untuk mengedukasi remaja-remaja supaya mereka dietnya juga bagus, tetap sehat, dan seimbang," tambah Marlina.

Selain itu, pihaknya juga menggerakkan kader kesehatan remaja yang ada di masing-masing sekolah. Termasuk posyandu remaja di tingkat wilayah untuk memasifkan edukasi gizi seimbang ini kepada remaja, terutama di Bantul.

"Harus ada role model juga, kita di Bantul masih perencanaan siapa yang bisa jadi role model untuk remaja yang bisa menjadi contoh, sehingga anak-anak remaja itu dietnya jangan seperti (diet ketat yang tidak sehat, dan seimbang) itu lagi," ujarnya.

Pihaknya pun bekerja sama dengan berbagai instansi, salah satunya dengan dinas pendidikan untuk memasifkan edukasi tersebut. Termasuk dalam pemberian tablet tambah darah kepada remaja di sekolah-sekolah, terutama pemberian tablet kepada remaja yang mengalami anemia.

"Pasti dari kita tidak bisa kerja sendiri, harus dengan instansi lain seperti dikpora dan departemen pendidikan menengah. Jadi tidak hanya murid jadi sasaran, tapi guru juga harus berperan aktif disitu (dalam edukasi). Di masyarakat kita juga berkolaborasi dengan karang taruna, disana juga sarana edukasi kita tentang kesehatan ke masyarakat," jelas Marlina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement