Selasa 07 Mar 2023 13:53 WIB

Dinkes Jatim Upayakan Pencegahan Penularan Kencing Tikus

Dinkes Jatim mengimbau masyarakat untuk terapkan pola hidup bersih dan sehat.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nora Azizah
Seorang peternak menunjukan hasil budidaya tikus putih (ilustrasi).
Foto: Aloysius Jarot Nugroho/ANTARA
Seorang peternak menunjukan hasil budidaya tikus putih (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur Erwin Ashta Triyono mengaku telah melakukan upaya-upaya untuk mencegah perluasan penyebaran penyakit leptospirosis atau kencing tikus. Di antaranya dengan mengeluarkan surat edaran agar kabupaten/ kota, terutama daerah yang menjadi tempat terbaik untuk pengembangbiakan tikus.

"Meskipun tiap tahun relatif kejadiannya hampir sama jumlahnya. Dan itu butuh kontribusi dari masyarakat juga," kata Erwin, Selasa (7/3/2023).

Baca Juga

Erwin mengatakan, pihaknya juga telah mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Sebab, kata dia, peran masyarakat menjadi bagian penting untuk mencegah perluasan penularan penyakit kencing tikus. Erwin mengatakan, ketika masyarakat belum tertarik untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, maka akan kesulitan mengendalikan penyakit tersebut.

"Masyarakat menjadi isu penting supaya membantu kami terutama dari sisi pola hidup sehat. Terutama yang paling rentan adalah tenaga kerja seperti tukang sampah, petani-petani yang ada di sawah yang sering kali kaki-kakinya luka dan itu punya kontribusi untuk tertular leptospiral," ujarnya.

Erwin pun mengaku telah mendorong kabupaten/ kota untuk melakukan survei terkait tingkat keparahan mereka yang terpapar penyakit kencing tikus. Karena dari kasus yang ditemukan, 90 persen di antaranya hanya mengalami gejala ringan. Artinya, hanya 10 persennya dari mereka yang mengalami gejala berat.

"Sehingga yang 90 persen diharapkan penanganannya di level Puskesmas. Sedangkan untuk yang 10 persen yang lanjut kita sudah dorong rumah sakit untuk menyiapkan terutama antibiotik-antibiotil dari kelompok sefalosporin," ujarnya.

Selain itu, lanjut Erwin, pihak rumah sakit juga harus mulai meningkatkan kecurigaan ketika ada masyarakat yang mengalami gejala mendekati penyakit kencing tikus. Antara lain seperti demam di atas 38 drajat selsius, nyeri kepala, nyeri otot, malaise (lelah), serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan.

"Sudah harus mulai diperkirakan kemungkinan leptospiral. Sehingga dengan penemuan lebih dini penanganan diharapkan lebih baik lagi," ujarnya.

Sepanjang 2023, di Jatim tercatat ada 249 kasus penyakit kencing rikus. Terbanyak berada di Kabupaten Pacitan dengan catata 204 kasus, dimana 6 orang di antaranya sampai meninggal dunia. Kemudian di Kabupaten Probolinggo dengan catatan 3 kasus dan dua kasus kematian. Selanjutnya di Kabupaten Gresik ditemukan 3 kasus, Kabupaten Lumajang 8 kasus, Kota Probolinggo 5 kasus dengan jumlah kematian 1 orang, Kabupaten Sampang sejumlah 22 kasus, dan Kabupaten Tulungagung 4 kasus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement