Selasa 07 Mar 2023 15:35 WIB

BMKG dan BPBD Mitigasi Gempa Bumi dengan Survei Mikrozonasi di Surabaya

Survei mikrozonasi bertujuan untuk mengantisipasi dampak dari gempa bumi.

Gempa Bumi - Ilustrasi
Foto: EPA/NESTOR BACHMANN
Gempa Bumi - Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) melakukan mitigasi atau deteksi dini bencana gempa bumi dengan survei mikrozonasi (kerentanan seismik) di Kota Surabaya, Jawa Timur. Fungsional Madya Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ariska Rudianto mengatakan, deteksi dini dengan survei mikrozonasi ini bertujuan untuk mengantisipasi dampak dari gempa bumi.

"BMKG dan BPBD melakukan survei mikrozonasi mulai dari 28 Februari hingga 8 Maret 2023 mendatang. Selain untuk mendeteksi dini gempa bumi, juga untuk melengkapi melengkapi data survei mikroorganisme tahun 2020," kata Ariska dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Selasa (7/3/2023).

Menurut dia, mikrozonasi ini adalah untuk mengidentifikasi faktor kerentanan wilayah terhadap bahaya gempa bumi di Kota Surabaya. Kajian yang dilakukan BMKG pusat di antaranya mendeteksi rata-rata gelombang geser hingga kedalaman 30 meter, estimasi kedalaman (engineering bedrock), periode dominan tanah, mendeteksi informasi indeks kerentanan seismik, dan skala regang geser tanah (ground shear strain).

"Hasil dari kajian ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penyusunan rencana tata ruang di wilayah setempat, seperti perumusan peraturan, dan perundang-undangan terkait perencanaan pembangunan infrastruktur yang berwawasan mitigasi bencana," kata dia.

Pada 2020 BMKG, lanjutnya, melalui Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu telah melakukan kajian mikrozonasi di Kota Surabaya, dengan cara pengukuran parameter kecepatan rata-rata gelombang geser. Pengukuran tersebut dilakukan di 123 titik lokasi dengan ke dalam 30 meter, sedangkan pengukuran mikrometer dilakukan di 102 titik, dan pengukuran estimasi kedalaman dilakukan di 8 titik lokasi.

Hasilnya, berdasarkan parameter klasifikasi, jenis tanah dengan kedalaman 30 meter di Surabaya didominasi oleh tanah lunak (SE), meskipun di beberapa titik lokasi teridentifikasi memiliki klasifikasi tanah sedang (SD), dan tanah keras (SC). "Estimasi kedalaman batuan dasar teridentifikasi pada kedalaman 304-739 meter, periode dominan tanah teridentifikasi pada nilai periode antara 0,259 detik hingga 3,683 detik. Sedangkan untuk hasil analisis indeks kerentanan seismik dan regang geser tanah di Surabaya menunjukkan hasil bervariasi dari indeks tingkat rendah hingga tinggi," kata Ariska.

Pada 2023 BMKG kembali melaksanakan kajian mikrozonasi di wilayah Kota Surabaya. Rencananya kajian itu dilakukan di 48 titik pengukuran baru, penambahan pengukuran mikrometer ada di 97 titik lokasi, sedangkan pengukuran estimasi kedalaman berada di 9 titik pengukuran baru.

Selain itu tahun ini BKMG pusat juga akan melakukan kajian pengukuran parameter anomali percepatan gravitasi di 400 titik, yang tersebar di seluruh Surabaya, yang dilakukan pada bangunan hotel, rumah sakit, hingga perguruan tinggi. "Kami harap hasil kajian dan evaluasi kerentanan bangunan itu nanti bisa menjadi dasar bahan masukan serta informasi, baik itu untuk pemerintah daerah maupun pusat," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement