Rabu 01 Oct 2025 17:28 WIB

Sejarah Gempa di Sumenep Sejak Abad ke-19

Gempa 6,5 magnitudo mengguncang Sumenep, Jawa Timur.

Gempa. Ilustrasi
Foto: Reuters
Gempa. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memiliki catatan panjang kejadian gempa bumi merusak sejak abad ke-19, termasuk peristiwa terbaru gempa bermagnitudo 6,0 yang mengguncang pada Selasa (30/9) malam. Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan pusat gempa bermagnitudo 6,0 berada di laut kedalaman dangkal 12 kilometer pada koordinat 7,35° LS dan 114,22° BT atau 58 kilometer tenggara Sumenep.

Gempa itu termasuk jenis tektonik kerak dangkal akibat aktivitas sesar aktif di dasar laut. Sumbernya berasosiasi dengan perpanjangan sesar offshore Zona Kendeng atau Madura Strait Back Arc Thrust, dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

Guncangan gempa berdampak cukup kuat di Pulau Sapudi Jawa Timur dengan intensitas V–VI MMI yang merusak puluhan bangunan. Sejumlah daerah lain, seperti Sumenep, Pamekasan, dan Surabaya, merasakan guncangan pada skala III–IV MMI, sedangkan wilayah Bali hingga Lombok terpantau pada skala II–III MMI.

"Laporan sementara 22 bangunan rusak ringan, sedang dan berat," kata Daryono di Jakarta, Rabu (1/10/2025).

BMKG mencatat kerusakan bangunan di Pulau Sapudi dipicu oleh hiposenter yang dangkal, kondisi tanah yang lunak, dan struktur bangunan warga yang lemah, serta tidak memenuhi standar tahan gempa. "Hingga Rabu siang ini sebanyak 117 gempa susulan telah terjadi, dengan magnitudo terbesar 4,4," ujarnya.

Menurut dia, sejarah mencatat setidaknya tujuh kali gempa merusak pernah terjadi di Sumenep. Antara lain gempa tahun 1863, gempa Sumenep-Sapudi tahun 1891, serta gempa tahun 1904. Dalam catatan modern, gempa 6,4 magnitudo pada 11 Oktober 2018 menewaskan tiga orang, melukai 34 lainnya, dan merusak 210 rumah.

Selain itu, gempa magnitudo 4,9 pada 13 Juni 2018 merusak sejumlah rumah, gempa 5,0 magnitudo pada 2 Maret 2019 mengakibatkan enam rumah rusak dan satu orang luka-luka, serta gempa 4,9 magnitudo pada 2 April 2019 menyebabkan kerusakan 26 rumah di Pulau Raas. “Catatan ini menunjukkan bahwa wilayah Sumenep dan sekitarnya memang rawan gempa, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan memastikan bangunan tempat tinggal memenuhi standar tahan gempa,” ujarnya.

Direktorat Gempa Bumi BMKG mengimbau masyarakat di Jawa Timur dan sekitarnya tetap waspada terhadap potensi gempa susulan, namun tidak perlu panik, serta hanya mengikuti informasi resmi dari BMKG, BNPB, dan BPBD setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement