Sabtu 11 Mar 2023 19:33 WIB

Soal Lumbung Padi Nasional, Gubernur Jateng: Produktivitas Panen Petani Terus Ditingkatkan

Kapasitas panen padi dapat meningkat hingga delapan ton.

Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memantau penggilingan padi modern dan alat pengering padi di Desa Karangmalang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, JawaTengah, Sabtu (11/3/2023)..
Foto: Dok. MOPJT
Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memantau penggilingan padi modern dan alat pengering padi di Desa Karangmalang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, JawaTengah, Sabtu (11/3/2023)..

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, meyakini produktivitas pertanian Jateng bisa lebih dioptimalisasi lagi. Salah satunya dengan penambahan modern rice milling plant (MRMP) atau penggilingan padi modern dan alat pengering padi.

Hal itu disampaikan Ganjar, usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan MRMP di Desa Karangmalang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen pada Sabtu (11/3/2023) pagi.

Baca Juga

Menurut Ganjar, kapasitas panen padi dapat meningkat hingga delapan ton jika upaya peningkatan produktivitas pertanian terus didorong. "Problemnya sudah ketahuan, produktivitas kita mesti ditingkatkan karena sebenarnya fasilitas ini dimiliki cukup banyak. Kalau produktivitasnya banyak, asumsi saja per hektar kita bisa menaikkan kapasitas panen kita tujuh ton sudah bagus sekali, syukur-syukur bisa delapan ton," kata Ganjar.

Seperti diketahui, Jateng merupakan wilayah penghasil produksi padi terbesar nasional. Tahun 2020 luas panen padi Jateng sebanyak 1.666.931 hektare dan meningkat pada tahun 2021 menjadi 1.696.712 hektare.

Lalu, jumlah produksi padi Jateng tahun 2020 yang berjumlah 9.489.165 ton juga naik di tahun 2021 menjadi 9.618.657 ton. Hal tersebut pun menjadikan Jateng sebagai lumbung padi nasional selama bertahun-tahun.

Kendati demikian, untuk lebih meningkatkan produktivitas pertanian di Jateng, Pemerintah Provinsi Jateng bersama Bulog masih akan terus melakukan program yang menunjang kegiatan petani.

Ganjar juga menegaskan, ketahanan pangan nasional tercipta ketika program mandiri pangan mampu dioptimalkan oleh para petani sendiri dengan memudahkan petani dalam mengakses kebutuhan, seperti memperbanyak MRMP.

"Kita butuh mempertimbangkan masukan petani soal pupuk. Pupuk kita kurang banyak, terus saprotan (sarana produksi pertanian) yang dibutuhkan seperti obat-obatan. Ketika BULOG punya peralatan lebih banyak, maka serapannya lebih bagus," ujar Ganjar.

"Jangan meliberalisasi pangan. Kita mesti kembalikan lagi. Penting untuk memperkuat BULOG agar kemudian pangan nasional bisa tercukupi sehingga kita harapkan lebih banyak lagi seperti ini yang dibuat," kata Ganjar menambahkan. 

Tak hanya itu, Ganjar juga menyampaikan pihaknya akan menyiapkan alat pengering padi atau dryer untuk kelompok tani agar produksi pertanian tak terhambat cuaca ekstrem.

"Problem besarnya dryer kemarin itu, jadi dryer di daerah-daerah itu butuh lebih banyak. Sehingga kalau cuaca ekstrem, petani tidak bisa mengeluh mengeringkan karena tidak punya alat, karena bisa dibantu dryer," kata Ganjar.

 

Ganjar sebelumnya juga mendukung skema dan simulasi pemerintah sebagai upaya menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. "Skema dan simulasi itu dapat mendukung mimpi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia," katanya di sela mendampingi Presiden Joko Widodo melakukan panen raya padi di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jateng, Kamis lalu. 

Ia mengungkapkan, dalam kunjungan itu juga dibahas tentang usulan skema harga padi atau gabah kering panen yang diharapkan dapat menguntungkan petani.

"Tadi, kami bicara skema yang paling menguntungkan untuk petani kira-kira harga berapa, maka ada dari Kementan, Kemenhan tadi ikut juga ada dari Badan Pangan Nasional," ujarnya seperti dilansir dari Antara

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement