Senin 03 Nov 2025 17:52 WIB

Wali Kota: Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Dua Pekan Kota Semarang Capai Ratusan Miliar Rupiah

Agustina sebut salah satu aktivitas ekonomi yang terdampak banjir adalah ekspedisi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Situasi banjir di Jalan Kaligawe, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (3/11/2025). Banjir sudah mulai surut setelah sebelumnya genangan air di jalan tersebut sempat mencapai hingga 90 sentimeter.
Foto: Kamran Dikamra/Republika
Situasi banjir di Jalan Kaligawe, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (3/11/2025). Banjir sudah mulai surut setelah sebelumnya genangan air di jalan tersebut sempat mencapai hingga 90 sentimeter.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wali Kota (Walkot) Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti mengungkapkan, potensi kerugian ekonomi akibat banjir yang melanda wilayahnya selama hampir dua pekan terakhir mencapai ratusan miliar rupiah. Dia mengatakan, saat ini pemerintahannya masih menghitung angka pasti kerugian ekonomi tersebut.

"Ratusan miliar (rupiah)," ujar Agustina singkat ketika ditanya perihal potensi kerugian ekonomi selama Kota Semarang dilanda banjir dua pekan terakhir, Senin (3/11/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Dia mencontohkan, salah satu aktivitas ekonomi yang terdampak banjir adalah ekspedisi. "Ini ada truk, misalnya, sebenarnya dia mau kirim barang deadline-nya Senin, tapi tidak bisa jalan. Kan ini berarti potensi rugi," ucapnya.

Salah satu titik paling parah terdampak banjir di Kota Semarang adalah Jalan Kaligawe Raya, yang merupakan bagian dari Jalan Pantura, penghubung Semarang-Demak. Ketinggian banjir di jalan tersebut sempat mencapai 90 sentimeter pada Kamis (30/10/2025). Banjir membuat lalu lintas truk-truk ekspedisi tersumbat.

Agustina mengungkapkan, banjir juga menyebabkan kerusakan infrastruktur, terutama jalan. "Ini (kerugian ekonomi) sedang dihitung," ujarnya.

Berdasarkan pantauan Republika pada Senin siang, banjir di Jalan Kaligawe Raya mulai surut. Ketinggian air di beberapa titik mencapai antara 10 hingga 15 sentimeter.

Agustina mengungkapkan, terdapat sekitar 32 ribu warga Kota Semarang yang terdampak banjir selama hampir dua pekan terakhir. "Ini semakin surut, menjadi 28 ribu yang terdampak," ujarnya.

"Dampak yang paling berat adalah mereka tidak bisa beraktivitas untuk ekonomi atau aktivitas sehari-hari. Mereka yana biasanya kerja, sehari dapat (penghasilan), ini enggak bisa," tambah Agustina.

Menurut Agustina, selama penanganan banjir, pihaknnya bersama lembaga-lembaga terkait memaksimalkan pengoperasian pompa penyedot. "Pompa-pompa sudah dimaksimalkan yang dari BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai). Yang miliknya Pemerintah Kota Semarang dikonsentrasikan untuk memompa wilayah permukiman masyarakat," ucapnya.

Dia menambahkan, Pemkot Semarang juga menerima bantuan pompa dari beberapa daerah lain seperti Jepara dan Pekalongan. "Karena yang kita itu hanya cukup tersedia untuk permukiman yang terkena banjir," kata Agustina.

Agustina mengungkapkan, Pemkot Semarang telah membangun posko-posko, termasuk posko logistik, di daerah-daerah terdampak banjir. Dia menyebut, Polrestabes Semarang dan Polda Jawa Tengah turut mendirikan posko, termasuk posko kesehatan, untuk membantu warga.

Sementara itu Kepala BPBD Kota Semarang Endro P Martanto mengungkapkan, banjir di Kota Semarang pada Senin sudah mulai surut. "Secara umum untuk wilayah Kota Semarang relatif sudah tidak ada genangan. Kecuali di titik-titik tertentu masih, walaupun di kisaran 10-15 sentimeter. Misalnya di depan RSI Suktan dan Muktiharjo Kidul," ucapnya kepada Republika.

"Tapi secara luas, cakupan yang awal terkena dampak, ini sudah relatif kering. Aktivitas kembali normal dan lalu lintas kembali lancar," tambah Endro.

Berdasarkan data BPBD Kota Semarang, daerah yang masih tergenang banjir tersebar di empat kecamatan, yakni Pedurungan, Gayamsari, Genuk, dan Semarang Timur. Banjir yang melanda Kota Semarang selama dua pekan terakhir telah menelan empat korban jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement