Senin 13 Mar 2023 16:57 WIB

Jelang Musim Kemarau, Pakar Ingatkan Pentingnya Ketersediaan Air

Perlu dipastikan alat untuk mengalirkan air dari embung ke pertanian berfungsi.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Kemarau
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Kemarau

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pakar Iklim dan Bencana Fakultas Geografi Univesitas Gadjah Mada (UGM) Emilya Nurjani mengingatkan potensi ancaman kekeringan jelang musim kemarau tahun ini. Untuk itu menghitung ketersediaan air menjadi langkah yang penting dilakukan.

"Mungkin bisa hitung ketersediaan air yang ada di embung," kata Emilya ditemui di UGM, Senin (13/3).

Emilya mengatakan ketersediaan air menjadi penting untuk pertanian. Untuk itu menurutnya perlu dipastikan alat yang digunakan untuk mengalirkan air dari embung ke wilayah pertanian berfungsi dengan baik.

"Jadi walaupun di musim kemarau untuk pola tanam padi yang kedua ini masih tetep bisa berjalan. Petani masih bisa tanam padi," ujarnya.

Menurutnya, embung merupakan salah satu cara memanfaatkan air hujan untuk bisa dipakai pada saat musim kemarau. Selain itu sumur resapan juga bisa dilakukan dalam menghadapi ancaman kekeringan.

"Mungkin kan masih bisa memanfaatkan air yang jatuh di atas atap, itu juga bisa dimasukan ke dalam sumur resapan. Jadi persiapan kita sudah dari kemarin-kemarin sih harusnya ini tinggal menghadapi aja sebetulnya," ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Meteorlogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun 2023 akan hadir lebih awal dari sebelumnya. Puncak Musim Kemarau 2023 diprediksikan terjadi di Agustus 2023

"289 ZOM atau sejumlah 41 persen wilayah memasuki musim kemarau maju atau lebih awal dari Normalnya. 200 ZOM atau 29 persen wilayah memasuki musim kemarau sama dengan Normalnya. Dan, 95 ZOM atau 14 wilayah memasuki musim kemarau mundur atau lebih lambat dari Normalnya," ucap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin (6/3/2023) lalu.

Dwikorita menjelaskan, wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal pada bulan April mendatang meliputi Bali, NTB, NTT, sebagian besar Jawa Timur. Sedangkan wilayah yang memasuki musim kemarau pada bulan Mei meliputi sebagian besar Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Pulau Sumatera bagian selatan, Papua bagian selatan.

Sementara itu, kata dia, wilayah yang baru memasuki musim kemarau pada bulan Juni meliputi Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian Pulau Kalimantan bagian selatan, dan sebagian besar Pulau Sulawesi bagian utara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement