REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penggemar fotografi diajak untuk lebih peka dengan isu-isu sosial, khususnya di Provinsi DIY. Hal ini dilakukan oleh Bidang Seni (SAGA) Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui workshop fotografi dan dilanjutkan dengan hunting foto, yang digelar pada 18-19 Maret 2023.
Kegiatan tersebut dengan menyasar mahasiswa dan umum yang tertarik dengan dunia fotografi. Setidaknya, ada 20 orang yang mengikuti workshop guna mendalami fotografi, baik menggunakan kamera DSLR maupun smartphone.
"Kami mendorong mahasiswa dan umum untuk meningkatkan skill dalam fotografi. Jadi blended activity, ada penyampaian materi dan praktiknya, kemudian tanggal 19 (Maret) kita lakukan hunting foto," kata Ketua Panitia Workshop, Hidayatullah Arrozi kepada Republika.
Untuk kegiatan workshop digelar di Ruang 412, sedangkan kegiatan hunting foto dilakukan di pagi hari di kawasan Malioboro dengan mengangkat tema Human Interest. Tema ini diusung dengan tujuan untuk melihat dan menggambarkan kondisi Malioboro dan sekitarnya melalui foto.
"Memilih Malioboro dan kawasan sekitar di pagi hari karena kita mengusung tema human interest. Jadi kita lihat bagaimana kondisi Malioboro, mulai dari sisi jalanan, di dalam gang, di Pasar Beringharjo, di mana pun itu, baik (menggambarkan) wisatawan, masyarakat lokal, dan sebagainya," ujarnya.
Hunting foto ini juga dikaitkan dengan kondisi DIY yang menjadi provinsi termiskin di Pulau Jawa berdasarkan data BPS. Dari kegiatan hunting foto tersebut, nanti karya dari peserta akan dipamerkan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pesan kemanusiaan lewat karya seni fotografi.
"Ingin mendefinisikan bagaimana kebahagiaan itu melalui foto, dari sini kita ingin melihat apakah benar tingkat pendapatan dengan tempat wisata yang ramai ini tidak menemukan kebahagiaan, atau di satu sisi setiap orang memiliki konsep kebahagiaan yang beda-beda, ini yang ditunjukkan dengan foto, kita menggali itu," jelasnya.
Hunting foto ini dinilai tidak hanya untuk menerapkan skill fotografi saja. Namun, untuk menampilkan konten visual yang memiliki arti, baik sosial maupun budaya masyarakat lokal khususnya di DIY.
"DIY sebagai wilayah yang masuk dalam destinasi wisata super prioritas, memiliki banyak pemandangan yang indah. Baik alam, sosial, dan budayanya yang menjadi sumber konten visual, salah satunya fotografi," kata Ketua Bidang Seni Pascasarjana UGM, Rosalinda Chandra.
Sementara itu, dalam workshop tersebut juga menghadirkan Dewi Sartika Bukit, yang merupakan fotografer profesional. Dewi pada Februari lalu juga sukses menggelar pameran tunggal bertajuk 'Maestro yang tak Tampak.
"Fotografi selain terdapat sisi akademik, juga ada sisi hobi. Dan pada sisi hobi skill atau kemampuan memotret menjadi penting dikuasai," kata Dewi.