Jumat 24 Mar 2023 06:12 WIB

PPNI Surabaya Terjunkan 1.500 Perawat Tangani Balita Stunting

Pemeriksaan dini penting dilakukan untuk mengetahui gejala stunting.

Pencegahan stunting penting dilakukan sebelum anak lahir. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Pencegahan stunting penting dilakukan sebelum anak lahir. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dewan Pengurus Daerah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPD PPNI) Kota Surabaya menerjunkan sedikitnya 1.500 perawat untuk menangani dan mencegah indikasi gejala balita stunting di Kota Pahlawan.

"Ribuan perawat ini fokus memprioritaskan upaya penanganan dan pencegahan indikasi gejala balita stunting di empat kecamatan di Surabaya, yakni Kecamatan Bulak, Kenjeran, Tambaksari, dan Kecamatan Mulyorejo," kata Ketua DPD PPNI Kota Surabaya Nuh Huda di Surabaya, Kamis (24/3/2023).

Nuh Huda mengatakan kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka HUT ke-49 PPNI. Selain itu, pengendalian angka stunting di Surabaya, pemeriksaan juga menyasar remaja putri dengan memberikan tambah darah (TTD) untuk calon pengantin (catin) dan ibu hamil yang mendapatkan micronutrients (zat gizi mikro).

"Para perawat juga menggencarkan konsumsi protein pada ibu hamil dan anak-anak balita, seperti mengonsumsi telur, ikan maupun daging," ujarnya.

Salah satu orang tua balita, Andini Prasita mengaku senang karena pemeriksaan dilakukan dengan cara jemput bola. Sebab, selain lebih dekat dengan tempat tinggal, mereka juga tidak perlu antre untuk melakukan pemeriksaan balita di puskesmas maupun pelayanan kesehatan lainnya.

Pemeriksaan dini penting dilakukan untuk mengetahui anak-anak balita mengalami gejala stunting atau tidak.

"Ya senang pemeriksaan balita bisa dilakukan di sini, karena dekat dengan rumah. Anak saya kan periksa untuk penimbangan, segala macam, lebih mudah. Tadi anak saya diperiksa berat badan, tinggi badan, dan pendataan untuk anak-anak, termasuk diberi makanan seimbang dan informasi seputar gejala stunting pada anak balita," ujarnya.

Dari data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, selama tiga tahun terakhir, prevalensi stunting di Surabaya mengalami penurunan signifikan, yakni dari tahun 2020 terdapat 12.788 kasus stunting turun menjadi 6.722 pada tahun 2021. Selanjutnya, hingga akhir Desember 2022, kembali turun menjadi 923 kasus. Sementara pada Februari 2023, jumlah kasus stunting di Surabaya turun menjadi 872 kasus.

Pemerintah Kota Surabaya terus bekerja keras untuk menurunkan prevalensi kasus bayi stunting. Bahkan, pada tahun 2023, Surabaya ditargetkan masuk pada zero stunting dan zero new stunting.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement