Sabtu 22 Apr 2023 01:40 WIB

Takbiran dalam Nuansa Keharmonisan Antar Umat Beragama

Warga non-Muslim di lingkungan dusun ini ikut terlibat aktif dalam membantu takbiran.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Takbiran/ilustrasi
Foto: Republika/Yasin Habibi
Takbiran/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Warga Dusun Dampu, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang merayakan momentum ‘kemenangan’ dengan melaksanakan takbir keliling lingkungan dalam nuansa harmoni dan semangat kerukunan antar umat beragama.

Pasalnya, warga non-Muslim di lingkungan dusun ini juga ikut terlibat aktif dalam membantu dan mendukung kelancaran takbir keliling, yang diikuti oleh anak- anak hingga ibu rumah tangga tersebut.

Salah satu warga non-Muslim, Octiana Shindu Theo Puspita (22) mengatakan, keterlibatannya dalam kegiatan ini didorong oleh semangat untuk melakukan praktik baik tentang toleransi, gotong- royong dan saling menghormati antar umat yang berbeda keyakinan.

Sebagai salah seorang warga Nasrani, ia mengaku sangat bersyukur hidup di tengah- tengah lingkungan --yang dengan kesadaran warganya-- mampu menghargai segala perbedaan serta dalam merawat ‘keberagaman’.  

 

“Saat kami --warga Nasrani-- merayakan Natal (misalnya), segenap warga Muslim di dusun ini juga aktif membantu berbagai persiapan dan mendukung kelancaran kegiatan dibadah di gereja,” jelas mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga ini, Jumat (21/4) malam.

Sehingga, pada saat umat Muslim tengah mempersiapkan dan merayakan hari raya Idul Fitri, ia juga terpanggil untuk terlibat dalam mendukung kelancarannya. “Salah satunya dalam acara takbir keliling ini,” jelasnya.

Salah satu warga Muslim, Bahtiar Aji Setiawan (22) mengapresisi partisipasi warga non-Muslim yang turut mendukung kegiatan takbir keliling ini dengan penuh kesadaran untuk merawat semangat toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

Menurutnya, keterlibatan warga non-Muslim --dalam takbir keliling yang diprakarsai oleh Sanggar Budaya Conrowinoto, Dusun Dampu—ini bahkan dimulai sejak persiapan hingga pelaksanaan takbir keliling.

Mulai dari menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, seperti ‘kembang mayang’, menyiapkan suluh (obor dari batang bambu) hingga membantu membawa obor untuk menerangi peserta takbir keliling.

Termasuk juga dalam membantu mengatur dan mengamankan jalan yang dilalui rombongan takbir keliling ini. “Sehingga dalam pelaksanaannya dapat berlangsung dengan tertib dan lancar,” tegasnya.

Sementara itu, pemilik Sanggar Budaya Condrowinoto, RNgt Eropeana Puspitasari mengungkapkan, puluhan anak- anak dan para remaja yang terlbat dalam kegiatan ini adalah para murid murid yang selama ini ngangsu kaweruh (belajar) budaya Jawa di sanggarnya.

Mereka merupakan warga Dusun Dampu yang berasal dari berbagai keyakinan, bak Muslim, Nasrani bahkan Budha. Selain budaya Jawa, para generasi muda bangsa ini juga diajarkan nilai- nilai toleransi, saling menghormati dan menghargai keberagaman dalam berbagai hal.

Termasuk kepada warga di lingkungan Dusun Dampu. “Pada momentum hari raya idul Fitri 1444 Hijriyah kali ini, semua juga ikut terlibat untuk mendukung dan membantu warga yang akan merayakan,” tegasnya.

Ana –sapaan akrab RNgt Eropeana Puspitasari—menambahkan, di sanggar budaya ini mengajarkan prinsip ‘meskipun bebeda agama dan keyakinan, tetapi semua sejatinya merupakan satu suku bangsa, yakni Jawa’.

Ia berharap, apa yang dilakukan warga Dusun Dampu ini bisa menjadi ilustrasi kecil dari harmonis dalam kehidupan beragama maupun kehidupan sosial di tengah masyarakat Indonesia yang beragam ini.

“Alhamdulillah, tidak hanya para murid, para orang tua maupun warga yang ada di sekitar sanggar budaya ini juga sangat mendukung dan tidak keberatan dengan gagasan ini,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement