Jumat 05 May 2023 15:08 WIB

Lantamal V Beri Penjelasan tentang Bus TNI AL Terobos Palang Perlintasan Kereta

Dua prajurit yang menjadi sopir bus tidak menguasai medan di Malang.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Bus TNI Angkatan Laut terobos palang kereta.
Foto: Twitter Tangkapan Layar
Bus TNI Angkatan Laut terobos palang kereta.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lantamal V Surabaya menjelaskan insiden dua bus TNI AL yang menerobos perlintasan kereta api atau PJL 78 di Jalan Kolonel Sugiono, Malang, dan viral di media sosial. Kadispen Lantamal V Surabaya, Letkol Laut (KH) Agus Setiawan membenarkan, dua bus yang menerobos PJL tersebut merupakan milik Lantamal V Surabaya.

Agus mengungkapkan, dua bus tersebut mengangkut calon siswa dari Bandara Juanda dan akan dibawa ke Lembaga Penyediaan Tenaga TNI AL (Lapetal) Malang, Jawa Timur. Bus tersebut mengangkut sekitar 40 orang calon siswa.

Baca Juga

"Bis tersebut memang milik Angkatan Laut. Mengangkut sekitar 40 calon siswa ke Lapetal Malang," kata Agus di Mako Lantamal V Surabaya, Jumat (5/5/2023).

Agus menjelaskan, bus tersebut berangkat dari Mako Lantamal V Surabaya sekitar pukul 15.00 WIB menuju Bandara Juanda menjemput calon siswa. Puluhan calon siswa tersebut kemudian dibawa ke Lapetal Malang melalui jalur tol. Setibanya di PJL 78 bus berhenti lantaran ada kereta milik pertamina melintas.

Setelah kereta milik pertamina melintas, dua unit bus milik Lantamal V Surabaya tersebut kemudian melintasi jalur kereta api mengikuti sepeda motor yang ada di depannya. Karena kebetulan, dari sisi timur atau dari arah datangnya bus, tidak ada palang perlintasan kereta api. Palang perlintasan hanya terdapat di sisi barat rel, atau seberang dari arah datangnya bus.

"Kebetulan di litasan itu tidak ada palang pintunya. Setelah kereta pertamina lewat sepeda motor maju, bus ikut maju. Ternyata setelah kereta pertamina lawat ada kereta lokomotif yang juga lewat," ujarnya.

Agus menjelaskan, kedua prajurit yang menjadi sopir tersebut mengaku tidak ada unsur kesengajaan dalam peristiwa tersebut. Kemudian, keduanya juga tidak menguasai medan di Malang. Ditambah lagi, palang perlintasan kereta di sana tidak lengkap. Agus pun meminta PT KAI melengkapi palang pintu kereta api di sana.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement