Ahad 07 May 2023 00:19 WIB

Kunjungi Rumah Kelahiran Bung Karno, Ganjar: Warisi Apinya, Jangan Abunya

Ganjar juga sempat melihat kamar tempat kelahiran Sang Proklamator.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Kader PDIP Jawa Timur menyambut kedatangan Capres 2024 dari PDIP, Ganjar Pranowo, di di Hotel Shangri-La, Kota Surabaya, Sabtu (6/4/2023).
Foto: Dok. HMPJT
Kader PDIP Jawa Timur menyambut kedatangan Capres 2024 dari PDIP, Ganjar Pranowo, di di Hotel Shangri-La, Kota Surabaya, Sabtu (6/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Bakal calon presiden PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, mengunjungi rumah kelahiran Bung Karno di kawasan Pandean Gang 4, Peneleh, Surabaya, Sabtu (6/5/2023). Ganjar mengaku terharu dapat menginjakkan kaki di rumah kelahiran Bung Karno.

Rumah sederhana namun memiliki nilai historis perjuangan yang tinggi bagi bangsa Indonesia. "Seperti kata Bung Karno, ayo kita warisi apinya, jangan abunya. Kita harus warisi api perjuangan Bung Karno untuk meneruskan kebaikan, untuk terus menghadirkan kerja kerakyatan yang konsisten dan tulus yang bisa membantu seluruh masyarakat Indonesia," kata Ganjar.

Didampingi Komunitas Sejarah Begandring Soerabaia, Ganjar lantas menyusuri ruangan-ruangan di rumah tersebut. Ganjar juga sempat melihat kamar tempat kelahiran Sang Proklamator. Selain tempat kelahiran, Surabaya juga menjadi tempat Bung Karno digodok sebagai aktivis dan pemikir.

Surabaya dan Jawa Timur, kata Ganjar, adalah wilayah yang lekat dengan perjalanan hidup Bung Karno. "Beliau lahir di Surabaya, sekolah di masa kecil sampai remaja di Surabaya, berdinamika dengan banyak tokoh pergerakan semasa indekos di rumah HOS Tjokroaminoto juga di Surabaya, beliau wafat lalu dimakamkan di Blitar. Maka Jawa Timur punya tempat yang spesial," ujarnya.

Dalam kunjungan ini, Ganjar juga menerima kendil dari sejumlah tokoh masyarakat dan pegiat budaya. Kendil tersebut berisi air yang berasal dari Sumur Jobong. Sumur yang sudah ada sejak zaman Majapahit dan diperkirakan telah berusia 600 tahun.

"Penyerahan kendil sekaligus sebagai simbol peneguhan spirit kebangsaan Indonesia," kata Kuncarsono Prasetyo, pegiat budaya dari Komunitas Sejarah Begandring Soerabaia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement