Senin 08 May 2023 06:35 WIB

Tanah Bergerak Terjadi di Dukuh Jabag, BPBD Antisipasi Bencana Susulan

Kejadian tanah gerak muncul di kawasan persawahan teras siring.

Warga menunjukkan lokasi tanah amblas akibat pergerakan tanah (ilustrasi)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warga menunjukkan lokasi tanah amblas akibat pergerakan tanah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengimbau warga di sekitar Desa Tumpakpelem, Kecamatan Sawoo, mewaspadai potensi bencana tanah gerak atau likuefaksi susulan, seperti baru terjadi areal persawahan setempat.

"Kami imbau kepada masyarakat tetap waspada dan antisipasi ketika di daerahnya ada potensi kebencanaan," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Surono di Ponorogo.

Peringatan itu disampaikan menyusul kejadian tanah gerak di kawasan persawahan teras siring Dukuh Jabag, Desa Tumpakpelem, yang membuat sedikitnya dua petak sawah amblas terseret tanah gerak. Peristiwa pada Kamis (4/5) pagi itu sempat direkam warga dan kemudian viral di media sosial.

Tidak ada korban jiwa, namun bencana alam tanah gerak yang membuat areal persawahan seperti terkelupas hingga sepanjang 50 meter. Hal itu membuat warga was-was. Apalagi tanah retak yang muncul di sekitar tanah gerak terpantau mencapai 150 meter dengan pusat selebar lima meter.

Menurut Surono, fenomena alam itu disebut likuefaksi, di mana kondisi saat tanah mengalami kejenuhan atau kehilangan kekuatan akibat tak mampu menahan air. Peristiwa alam tersebut bukan pertama kali terjadi.

Hal serupa juga pernah terjadi sekitar 40 tahun yang lalu. Namun, setelah kejadian pertama terjadi sedimentasi dan oleh warga dijadikan sebagai areal persawahan. "Ada sumber air yang masuk ke dalam tanah, karena ada air yang masuk sehingga menyebabkan titik jenuh," terangnya

Dari hasil pantauan di lapangan, bahwa luasan tanah yang terdampak likuefaksi mencapai 50 meter dengan panjang retakan sekitar 150 meter dan mahkota longsor lima meter. Akibat kejadian ini, kata dia, ada dua sawah yang terdampak yaitu milik Gimun rusak parah sekitar 20 meter persegi dan milik Marsid seluas 700 meter persegi.

"Tidak terlalu curam, kemungkinan hanya terjadi gerakan tanah, masih jauh dari pemukiman warga," katanya. Atas fenomena itu pihaknya sudah melaporkan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai bahan evaluasi dan catatan.

Pihaknya mengimbau kepada masyarakat sekitar untuk tetap waspada terhadap setiap potensi kebencanaan. Terlebih pada saat curah hujan tinggi yang masih terjadi belakangan ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement