Sabtu 26 Apr 2025 23:53 WIB

Tanah Bergerak di Brebes Masih Rentan "Menelan" Warga, BPBD Relokasi Korban ke Tempat Aman

Sekitar 100 bangunan rusak akibat tanah bergerak di Brebes.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Warga melihat rumah yang amblas sedalam 3 meter akibat bencana tanah bergerak di Dukuh Krajan, Desa Mendala, Sirampog, Brebes, Jawa Tengah, Selasa (22/4/2025). Berdasarkan data BPBD Brebes sebanyak 114 rumah rusak berat dan rusak ringan, tiga fasilitas umum dan dua fasilitas pendidikan rusak serta 439 jiwa terdampak akibat bencana tanah bergerak yang melanda desa tersebut.
Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Warga melihat rumah yang amblas sedalam 3 meter akibat bencana tanah bergerak di Dukuh Krajan, Desa Mendala, Sirampog, Brebes, Jawa Tengah, Selasa (22/4/2025). Berdasarkan data BPBD Brebes sebanyak 114 rumah rusak berat dan rusak ringan, tiga fasilitas umum dan dua fasilitas pendidikan rusak serta 439 jiwa terdampak akibat bencana tanah bergerak yang melanda desa tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah (Jateng) Bergas Catursasi Penanggungan mengungkapkan, saat ini sudah ada dua skema solusi untuk warga terdampak bencana tanah bergerak di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Brebes. Untuk solusi jangka pendek, Pemkab Brebes akan membangun hunian sementara bagi warga yang rumahnya terimbas bencana.

Bergas mengungkapkan, permukiman warga di Desa Mendala memang berada di lereng perbukitan. Dari lima dukuh terdampak, kontur tanah pada salah satu dukuh, yakni Dukuh Kerajan, memiliki kemiringan 60 derajat.

"Yang jelas harus dilakukan kajian, layak (ditinggali) tidak di sana? Baik itu melalui ESDM atau melalui Badan Geologi yang ada di Bandung untuk meneliti," ujar Bergas kepada Republika, Kamis (24/4/2025).

Bergas menjelaskan, setelah menjalin rapat bersama Bupati Brebes, warga terdampak bencana tanah bergerak di Desa Mendala memang sebaiknya direlokasi. "Dan warga sudah sepakat, warga sudah setuju. Karena kalau di sana malah berbahaya," ucapnya.

Dia menambahkan, jika warga memang harus direlokasi, maka perlu ada penyediaan lahan baru. "Tentunya ini hasil rekomendasi dari Badan Geologi atau ESDM, 'Oh di lokasi sini aman'. Karena ini menjadi dasar kepala daerah, bupati, untuk menunjuk lokasi relokasi," ucapnya.

Kendati demikian, Bergas menyebut, relokasi adalah solusi jangka panjang yang prosesnya membutuhkan waktu. Sebab Pemkab Brebes harus melakukan pengadaan lahan terlebih dulu.

"(Solusi) jangka pendeknya, yang tadi (dievakuasi) di tenda, harapannya kita geser ke hunian sementara atau huntara. Hunian sementara itu bangunan semi-permanen," kata Bergas.

Menurut Bergas, skenario pembangunan huntara akan disiapkan Pemkab Brebes. "Jadi Pemkab Brebes menggandeng Baznas, menggandeng CSR, menggandeng PMI, menggandeng siapa saja lah Pokoknya untuk membangun huntara dalam waktu secepat-cepatnya," ucapnya.

Dia menambahkan, huntara akan dibangun di tanah bengkok desa. "Sudah disiapkan semua. Tinggal ini perlu land clearing, pembersihan lahan, perataan lahan, perataan tanah," ujar Bergas.

Bergas mengatakan, solusi jangka pendek dan jangka panjang akan dilakukan secara paralel. Solusi jangka pendek atau berkaitan dengan huntara dilaksanakan Pemkab Brebes. Sementara solusi jangka panjang, Pemprov Jateng akan ikut membantu lewat pengucuran Belanja Tidak Terduga dan penyiapan lahan relokasi. "Nanti selanjutnya bangunannya akan dibangun BNPB," ucapnya.

Bencana tanah bergerak di Desa Mendala mulai terjadi pada 17 April 2025 lalu. Sejauh ini lebih dari 100 rumah terdampak bencana tersebut. Selain itu setidaknya 416 warga harus dievakuasi dari rumah mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement