Rabu 17 May 2023 14:25 WIB

Pembaruan Pengetahuan

Peningkatan pengetahuan pengguna teknologi menjadi hal yang mutlak harus dilakukan.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami*

REPUBLIKA.CO.ID -- Pada 2023 ini, kembali terjadi kebocoran data pada institusi perbankan. Kebocoran data tidak dimungkiri masih menjadi permasalahan besar di negara tercinta ini. Kasus terbaru kebocoran data yang terjadi pada Bank Syariah Indonesia (BSI) disebut mencapai 1,5 terabita (TB).

Kebocoran data BSI disebut disebabkan diretas oleh kelompok Lockbit 3.0. Kelompok ini diduga menggunakan ransomware untuk melakukan pemerasan dengan menyandera data menggunakan enkripsi. Pemulihan data hanya bisa dilakukan jika korban memberikan tebusan dalam waktu tertentu. Kelompok ini juga melakukan pengancaman untuk memublikasikan data yang diretas pada 15 Mei 2023.

Berita dari berbagai media pada Selasa, 16 Mei 2023, menyampaikan adanya data dari BSI yang bisa didapatkan di situs-situs tertentu yang sering disebut dengan dark web atau dark net. Kebocoran data ini tentu seperti kembali mengulang berbagai kejadian serupa pada tahun-tahun sebelumnya.

Efek lanjutan dari kebocoran data dimungkinkan dapat terjadi dengan tingkat keseriusan bergantung dari isi data yang diretas. Kebocoran data BSI yang disebut berisi data kredensial dari nasabah, pegawai, dan sistem tentu memiliki potensi ancaman lanjutan.

Mitigasi kebocoran data BSI ini tentu harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak lanjutan. Tidak dimungkiri bahwa kemajuan teknologi saat ini sangat banyak membantu memberikan kemudahan layanan, termasuk di bidang perbankan.

Berbagai layanan perbankan dapat dilakukan secara online melalui smartphone, seperti pembukaan rekening maupun melakukan pinjaman. Meski demikian, berbagai kemudahan ini seringkali kurang dibarengi dengan pengetahuan cukup dari para pengguna, bahkan pemberi layanan yang umumnya berbasis teknologi terkini.

Kecepatan kemajuan teknologi yang terkadang sangat cepat seringkali banyak membuat gagap dalam mengikutinya sehingga faktor manusia acapkali disebut masih menjadi variabel utama penyebab terjadinya kebocoran data.

Dengan demikian, peningkatan pengetahuan pengguna teknologi menjadi hal yang mutlak harus dilakukan untuk dapat mengurangi terjadinya insiden keamanan data. Tentu hal ini memerlukan kerja sama dari banyak pihak, tidak terkecuali kampus.

Pembaruan pengetahuan, termasuk masalah pentingnya keamanan data tentu juga menjadi tanggung jawab dari dunia kampus. Universitas Amikom Yogyakarta yang selalu terus berusaha untuk menyesuaikan dengan berbagai kemajuan teknologi tentu harus diimbangi dengan pembaruan pengetahuan yang dimiliki oleh para dosen.

Meski demikian, hal tersebut tidak dimungkiri bukanlah merupakan hal yang mudah untuk dapat dilakukan oleh para dosen. Berbagai alasan dan persoalan dapat menjadi penghalang bagi dosen untuk dapat memperbarui pengetahuan yang dimilikinya.

Beban kinerja dosen sering kali disebut menjadi penyebab dosen tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat update dan upgrade pengetahuan yang dimiliki. Hal ini tentu dapat menjadi efek berantai termasuk pembaruan pengetahuan bagaimana kesiapan dan kematangan dalam keamanan data.

Walaupun demikian kemampuan dan kemauan untuk terus mau belajar tentu diharapkan dilakukan oleh semua pihak. Hal ini tentu mengingatkan kepada ayat mengenai penciptaan Adam dalam surat Al Baqarah ayat 31,  “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"” Wallahu a’lam.

*Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement