Selasa 30 May 2023 15:59 WIB

Pengamat Melihat Pemilu 2024 Masih Terjebak Rutinitas Politik

Idealnya setiap pelaksanaan pemilu memiliki terobosan-terobosan baru.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pemilu  (ilustrasi)
Foto: Republika/Musiron
Pemilu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilu 2024 tinggal menghitung bulan. Sayangnya, elit-elit partai politik masih sibuk membentuk blok politik, bukan menguatkan peran mereka dalam rangka mematangkan calon-calon pemimpin bangsa.

Pengamat politik, Arie Sujito mengatakan, pelaksanaan Pemilu 2024 memang seharusnya bisa lebih baik dibanding periode-periode sebelumnya. Sebab, idealnya setiap pelaksanaan pemilu memiliki terobosan-terobosan baru.

Seperti menguatkan diskusi dan kontestasi politik maupun adu gagasan. Bukan sebaliknya, memunculkan politik uang, depolitisasi, oligarki politik, dan politik identitas. Sayangnya, itu masih belum terlihat.

Justru, Arie melihat, beberapa tahun belakangan depolitisasi semakin menguat di kalangan antar partai politik. Ia mengingatkan, nantinya depolitisasi cuma akan melahirkan pemilu menjadi agenda rutinitas.

"Kembalikan pertarungan antar partai, bukan lagi konspirasi membentuk blok politik, tapi bertarung ide dan gagasan," kata Arie.

Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) itu turut mengkritisi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu. Yang mana, terjebak kepada hal-hal teknis dan prosedural, tidak menguatkan kualitas pemilu.

Ia menekankan, seharusnya KPU gencar melakukan edukasi kepada calon-calon pemilih muda, edukasi tentang larangan politik uang dan melakukan upaya-upaya mencegah terjadinya kampanye menggunakan politik identitas.

"Jika terus begini yang terjadi hanya pergantian formasi, pergantian orang dan rutinitas, pemilu kita terjebak kepada rutinitas, terjebak kepada teknokrasi," ujarnya.

Selain itu, Arie mengkritisi partai-partai politik yang selama ini tidak menguatkan peran mereka dalam rangka melahirkan calon-calon pemimpin berkualitas. Yang ada, mereka malah sibuk mencari aktor politik.

Mulai dari kalangan pengusaha sampai mantan tentara yang berasal dari luar partai mereka. Menurut Arie, seharusnya pada era reformasi seperti ini peran partai menguat dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa.

"Elit politik kita harus ke luar dari zona nyaman rutinitas pemilu ini," kata Arie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement