Kamis 08 Jun 2023 03:33 WIB

Kenapa Warga Muhammadiyah tak Pernah Ikut Tahlilan? Ini Alasannya

Orang Muhammadiyah tidak tahlilan, tetapi tidak mengharamkan membaca tahlil.

Rep: Karta Raharja Ucu/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi. Tahlilan.
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Ilustrasi. Tahlilan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ada beberapa praktik ibadah warga Muhammadiyah yang terlihat berbeda dengan umat Islam di Indonesia. Salah satunya adalah warga Muhammadiyah tidak pernah ditemui menggelar acara tahlilan untuk orang yang sudah meninggal dunia. Baik itu untuk tahlilan hari pertama, ketiga, ketujuh, seratus, atau seribu.

Meskipun ada sebagian orang Muhammadiyah yang ikut tahlilan di rumah tetangganya, biasanya akan diam saja tanpa ikut membaca doa. Lalu mengapa warga Muhammadiyah tidak tahlilan?

Baca Juga

"Di situlah uniknya orang Muhammadiyah, tidak tahlilan tetapi tetap bertahlil," kata Ketua Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr M Saad Ibrahim MA.

Penjelasan Dr Saad tersebut disampaikan saat memberikan sambutan pada Resepsi Milad Ke-109 Muhammadiyah yang digelar di Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (27/11/2021). Perhelatan yang mengusung Muhammadiyah Era Disrupsi Digital ini juga disiarkan Zoom dan YouTube.

Saad menjelaskan ada dimensi religiusitas menjadi bagian penting dari gerak organisasi ini. Karena Muhammadiyah adalah al-harakah al-Islamiyah dan minal harakatil Islamiyah. "Saya sebut minal artinya mim bakdhil harakatil Islamiyah. Termasuk yang lain-lain tadi juga al-harakah al-Islamiyah,” ucap Dr Saad.

Keragaman di Muhammadiyah menurut Dr Saad itu unik dan menarik. Sebab jika diamati, warga Muhammadiyah tidak terlalu panjang ketika wiridan dan tidak terlalu banyak membaca shalawat untuk nabi. Selain itu, kata dia, warga Muhammadiyah juga tidak melakukan tahlilan, tetapi tetap bertahlil.

"Karena hallala yuhalilu tahlilan itu artinya benar-benar membaca la illa ha ilallah," kata dia.

Mengapa orang Muhammadiyah dianggap berbeda. Menurut Dr Saad karena warga Muhammadiyah energinya juga digunakan untuk membangun umat. "Tidak sekadar hablum minallah kuat tetapi hablum minannaas-nya lemah. Keduanya kita mencoba menyeimbangkan," kata dia.

Wujud konkretnya tentu dalam bentuk sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, panti asuhan dan juga pondok pesantren.

"Ini bagian hablum minannaas yang dibangun terus-menerus oleh Muhammadiyah,” kata Saad menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement