Rabu 14 Jun 2023 09:04 WIB

BMKG Jateng Beri Rekomendasi Antisipasi El Nino

ENSO Netral diprediksi mulai beralih menuju fase El Nino pada periode Juni 2023.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Para petani di Kabupaten Semarang bersiap menghadapi fenomena El Nino yang diperkirakan bakal melanda wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Foto: Kementan
Para petani di Kabupaten Semarang bersiap menghadapi fenomena El Nino yang diperkirakan bakal melanda wilayah Provinsi Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) dan masyarakat di Jawa Tengah diimbau mewaspadai dan mengantisipasi berbagai dampak yang berpotensi akibat fenomena El Nino, pada musim kemarau tahun 2023 ini.

Selain berpotensi memicu terjadinya kekeringan akibat minimya curah hujan, juga berpotensi terhadap peningkatan titik api yang memperbesar kerawanan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Baca Juga

Termasuk dampak terhadap sektor pertanian terutama pangan semusim yang sangat mengandalkan air di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah, Sukasno mengatakan, El Nino merupakan fenomena meningkatnya suhu muka laut di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik tengah dan timur.

"Adanya pemanasan suhu muka laut ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah yang dampaknya akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia," katanya, Selasa (13/6/2023).

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta perkembangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer regional maupun global yang sedang berlangsung, jelasnya, hal ini dapat mempengaruhi kondisi iklim di Jawa Tengah.

Secara rinci, Sukasno menjelaskan bahwa El Nina telah berakhir pada Februari 2023. Sepanjang periode Maret- April 2023, El Nino-Southern Oscillation (ENSO) berada pada fase netral, yang mengindikasikan tidak adanya gangguan iklim dari Samudera Pasifik pada periode tersebut.

Dengan peluang di atas 80 persen, ENSO Netral diprediksi mulai beralih menuju fase El Nino pada periode Juni 2023 dan diprediksi akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga sedang di akhir tahun 2023 yang berpengaruh pada tingkat kekeringan dan panjang musim kemarau.

Indian Ocean Dipole (IOD) selama bulan Maret- April 2023 juga berada pada fase Netral dan diprediksi berpeluang beralih menuju fase IOD Positif mulai Juni 2023 hingga Oktober 2023 yang berpengaruh pada pengurangan curah hujan.

Maka, kombinasi fenomena El Nino dan IOD Positif yang diprediksi terjadi pada semester II 2023 ini dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Jawa Tengah selama periode musim kemarau 2023.

Bahkan sebagian wilayah diprediksi akan mengalami curah hujan di bawah normal hingga mencapai 20 milimeter (mm) per bulan dan beberapa wiayah mengalami tidak hujan sama sekali (0 mm/ bulan). "Terutama pada puncak musim kemarau, bulan Juli dan Agustus 2023," jelasnya.

Maka, lanjut Sukasno, BMKG Jawa Tengah merekomendasikan langkah- langkah strategis yang bisa dilakukan, yakni mengoptimalisasi penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung guna mengurangi risiko kekurangan air sisa musim hujan agar dapat didimanfaatkan pada perioe musim kemarau.

Termasuk melakukan efisiensi penggunaan air. "Ini untuk mengurangi risiko kekurangan air baik bagi kebutuhan masyarakat maupun kebuthan pertanian," katanya.

Selain itu, masih jelas Sukasno, juga meningkatkan upaya pencegahan dan menyiagakan infrastruktur penanggulangan karhutla.

"Selain itu juga mengurangi potensi karhutla dengan mengurangi penggunaan bahan- bahan yang mudah memercikkan api di kawasan hutan datau lahan yang mudah terbakar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement