Sabtu 17 Jun 2023 07:22 WIB

Sosiolog Ungkap Dampak Negatif Pelaksanaan Wisuda Tingkat TK-SMA

Dana-dana sebenarnya dapat disisihkan untuk pemberian beasiswa bagi yang tidak mampu.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Warganet mendorong agar wisuda dikembalikan untuk anak kuliah saja, tidak perlu diselenggarakan untuk menandai kelulusan dari TK, SD, SMP, dan SMA.
Foto: Tangkapan layar Twitter
Warganet mendorong agar wisuda dikembalikan untuk anak kuliah saja, tidak perlu diselenggarakan untuk menandai kelulusan dari TK, SD, SMP, dan SMA.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pelaksanaan wisuda di sekolah telah masif dilaksanakan dari tingkat SMA bahkan TK di berbagai daerah Indonesia. Kondisi ini ternyata memunculkan kritikan tersendiri dari masyarakat.

Di balik kritikan tersebut, apa pelaksanaan wisuda di tingkat sekolah memiliki dampak negatif? Mengetahui hal tersebut, sosiolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Vina Salviana Darvina Soedarwo pun memberikan pandangannya.

Baca Juga

Menurut Vina, pelaksanaan wisuda di tingkat sekolah sebenarnya tidak memiliki dampak negatif jika dilihat dari aspek sosialnya. Perayaan ini justru lebih berdampak pada sisi ekonomi karena agak sedikit pemborosan. 

"Artinya, itu sebenarnya bisa dihemat untuk perayaan seperti itu," ucap Vina saat dihubungi Republika, Jumat (16/6/2023).

Kalau dilihat secara personal atau siswanya, mereka tentu baik-baik saja dalam melaksanakan perayaan wisuda. Namun kegiatan ini nyatanya cukup memakan biaya besar. Padahal, kata dia, dana-dana tersebut sebenarnya dapat disisihkan untuk pemberian beasiswa bagi yang tidak mampu. 

"Misalnya sebagai rasa syukur, itu bisa dan memang semua tergantung bagaimana pengelolaannya. Tetapi itu kan yang pasti biaya pelaksanaan itu cukup besar," jelasnya.

Adapun terkait kemunculan pelaksanaan wisuda di tingkat sekolah, Vina menilai, ini sebagai bentuk imitasi. Imitasi dalam konsep sosiologi itu berarti meniru yang pendidikan tinggi.

Selanjutnya, proses imitasi tersebut diadopsi di SMA lalu terus berkembang ke tingkat TK. Kondisi ini menunjukkan terjadi imitasi yang luar biasa mengenai perayaan atas perubahan status pendidikan yang lebih tinggi.

Di sisi lain, Vina juga menyinggung perihal makna pendidikan dasar di Indonesia sesungguhnya hanya sampai SMP. Artinya, pendidikan sembilan tahun hingga tingkat SMP merupakan hal wajib yang perlu dilaksanakan masyarakat. Merujuk nilai wajib tersebut, Vina menilai tidak perlu ada wisuda di tingkat pendidikan dasar karena stratanya terlalu sederhana.

Dibandingkan pendidikan dasar, Vina justru tidak mempermasalahkan apabila wisuda dilaksanakan di tingkat SMA. Namun pelaksanaannya mungkin diharapkan agar atributnya tidak sama dengan perguruan tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement