Selasa 14 Oct 2025 17:43 WIB

Keracunan MBG Jadi Alarm, 1.000 Penjamah Pangan di DIY Dilatih untuk Tekan KLB

Keracunan pangan terbesar di DIY terjadi di Kuloprogo 497 siswa dan Sleman 379 siswa.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Petugas merapikan dan menyusun food tray atau piring makan bergizi gratis (MBG) di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Antapani Kulon, Bandung, Jawa Barat, Jumat (10/10/2025). SPPG tersebut akan menyediakan sedikitnya 2400 paket  untuk 13 sekolah dasar dan taman kanak-kanak di kawasan sekitar yang mulai didistribusikan pada Senin (13/10) mendatang.
Foto: ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Petugas merapikan dan menyusun food tray atau piring makan bergizi gratis (MBG) di dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Antapani Kulon, Bandung, Jawa Barat, Jumat (10/10/2025). SPPG tersebut akan menyediakan sedikitnya 2400 paket untuk 13 sekolah dasar dan taman kanak-kanak di kawasan sekitar yang mulai didistribusikan pada Senin (13/10) mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rentetan kasus keracunan massal yang menimpa ribuan pelajar sejak diluncurkannya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi perhatian serius berbagai pihak. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saja, hampir 1.000 siswa dari berbagai sekolah menjadi korban dalam insiden keracunan MBG yang pernah terjadi.

Diketahui, insiden keracunan pangan terbesar di DIY terjadi di Kulon Progo dengan 497 siswa terdampak pada Juli 2025, disusul Sleman dengan 379 pelajar terdampak sebulan kemudian. Sejumlah siswa bahkan harus menjalani perawatan medis akibat gejala keracunan yang cukup parah.

Merespons situasi ini, Badan Gizi Nasional (BGN) mengambil langkah cepat dengan menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi para penjamah pangan. Kegiatan ini menyasar 1.000 peserta di DIY sebagai bagian dari pelatihan massal di 12 kabupaten/kota di bawah koordinasi Direktorat Penyedia dan Penyaluran Wilayah II BGN.

Direktur Penyedia dan Penyaluran Wilayah II BGN, Dr. Nurjaeni, menegaskan pelatihan ini ditujukan untuk memastikan para pelaksana di lapangan memiliki pemahaman yang kuat soal keamanan pangan. "Keamanan pangan dimulai dari tangan-tangan penjamah pangan yang kompeten. Melalui kegiatan ini, BGN memastikan seluruh unsur pelaksana SPPG memahami prinsip higienitas, sanitasi, serta pengendalian risiko pangan di setiap tahap pelayanan," ujar Dr. Nurjaeni, Senin (14/10/2025).

Program yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto perlu penguatan dari sisi pengawasan mutu dan keamanan makanan sebelum akhirnya didistribusikan ke sekolah-sekolah. Nurjaeni menjelaskan sebagai bentuk pencegahan, BGN memberikan pelatihan yang mencakup prinsip dasar keamanan pangan, sanitasi lingkungan kerja, pencegahan kontaminasi silang, serta penanganan dan penyimpanan bahan pangan yang aman.

Keamanan pangan, kata dia, adalah pondasi dari keberhasilan program pemenuhan gizi nasional. Dengan meningkatkan kompetensi para penjamah pangan, diharapkan kasus-kasus keracunan makanan yang marak belakangan ini tidak lagi terulang.

"Bimtek ini menjadi langkah nyata BGN dalam membangun budaya kerja higienis dan aman di seluruh lini layanan gizi, sekaligus memperkuat sistem keamanan pangan dari tingkat lokal hingga nasional. Program ini diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan risiko Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di masyarakat,” ucapnya.

Para peserta pelatihan juga diperkenalkan dengan Learning Management System (LMS) Penjamah Pangan, platform daring yang mendukung peningkatan kompetensi secara mandiri. Setelah menyelesaikan pelatihan, seluruh peserta memperoleh sertifikat kompetensi penjamah pangan resmi dari BGN. Diharapkan sertifikat ini bermanfaat pasalnya menjadi salah satu syarat wajib dalam pelaksanaan program MBG ke depan.

"Dengan tersertifikasinya 10.000 penjamah pangan dari unsur SPPG di 12 kabupaten/kota, kita memperkuat sistem pelayanan gizi yang tidak hanya bergizi, tetapi juga aman dan terpercaya bagi masyarakat," ungkap dia.

Selain di DIY, kegiatan serupa juga dilaksanakan di 12 provinsi lainnya, seperti Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Utara, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Sleman. Secara total, Bimtek diikuti oleh 10.000 peserta yang terdiri dari kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), ahli gizi, akuntan, hingga relawan SPPG dari berbagai daerah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement