Ahad 18 Jun 2023 19:36 WIB

POB Syekh Bela Belu DIY Disiapkan Jadi Pusat Edukasi Ilmu Falak-Hisab Rukyat

Hal itu diwujudkan dengan melengkapi berbagai instrumen pembelajaran.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan rukyatul hilal awal Dzulhijjah 1444 H, Ahad (18/6/2023) sore di POB Syekh Bela Belu.
Foto: Dokumen
Kegiatan rukyatul hilal awal Dzulhijjah 1444 H, Ahad (18/6/2023) sore di POB Syekh Bela Belu.

REPUBLIKA.CO.ID, ANTUL -- Kantor Wilayah Kementerian Agama DI Yogyakarta siap menjadikan Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Bela Belu, Parangtritis, Bantul, sebagai pusat edukasi ilmu falak dan hisab rukyat.

Hal itu ditegaskan Pelaksana Harian (Plh) Kepala Kantor Wilayah Kemenag DIY Muntolib saat membuka kegiatan rukyatul hilal awal Dzulhijjah 1444 H, Ahad (18/6/2023) sore di POB Syekh Bela Belu.

Hadir Kepala Bidang Urusan Agama Islam Jauhar Mustofa dan jajaran Bidang Urais, Kakankemenag Bantul Ahmad Shidqi, Seksi Bimas Islam Kankemenag Kabupaten/Kota, Ketua Badan Hisab Rukyat (BHR) DIY Mutoha Arkanuddin, petugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geosfisika (BMKG) Kelas I Sleman Anas Fauzi, dan jajaran kepala KUA.

“Kami sambut baik jika POB ini dijadikan tempat edukasi ilmu falak dan hisab rukyat. Menjadi bukti sinergitas antara Bidang Urais dengan Bagian Tata Usaha,” ujar Muntolib.

Menurutnya, POB ini sudah sangat layak dijadikan pusat edukasi. “Terbukti banyak perguruan tinggi yang mengunjungi POB Syekh Bela Belu untuk memperkenalkan ilmu falak dan hisab rukyat,” lanjut Muntolib.

Kepala Bidang Urusan Agama Islam Kemenag DIY Jauhar Mustofa menambahkan, POB ini memang akan terus dikembangkan sebagai pusat edukasi. Hal itu diwujudkan dengan melengkapi berbagai instrumen pembelajaran ilmu falak dan hisab rukyat.

“Kami siap menerima kunjungan berbagai lapisan masyarakat baik umum, perguruan tinggi dan sebagainya untuk edukasi ilmu falak dan hisab rukyat,” ujar Jauhar.

Sebab, menurut Jauhar, perlu edukasi kepada masyarakat luas agar mereka memahami ilmu falak dan hisab rukyat. “Harapannya ketika terjadi perbedaan tidak terjadi gejolak ataupun juga dibingungkan oleh konten-konten yang tidak dapat dipertanggungjawabkan di media sosial,” kata Jauhar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement