Senin 10 Jul 2023 13:20 WIB

Biskuit Bayi Berbahan Biji Nangka dan Kacang Tunggak Dapat Atasi Stunting?

Masalah utama dari stunting adalah kekurangan asupan gizi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
LEISURE:ilustrasi stunting
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
LEISURE:ilustrasi stunting

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Hasil survei status gizi indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia terus menurun di angka 21,6 persen pada 2022. Penurunan angka stunting di Indonesia adalah kabar baik.

Meskipun demikian, kondisi ini belum berarti sudah bisa membuat tenang. Karena, bila merujuk pada standar WHO terkait prevalensi  stunting harus di angka kurang dari 20 persen.

Melihat hal tersebut, kelompok mahasiswa program studi Ilmu Teknologi Pangan (ITP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui program kreativitas mahasiswa (PKM) membuat inovasi produk makanan bayi. Makanan itu berupa biskuit dari tepung biji nangka dan kacang tunggak.

Anggota tim, Fakhri Ahmad Wafi mengatakan, masalah utama dari stunting adalah kekurangan asupan gizi. Termasuk kekurangan protein dan kalori.

Dari banyaknya penelitian yang ada, biji nangka memang memiliki kandungan karbohidrat. Begitu pula dengan kacang tunggak yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 24,4 gram.

"Kedua bahan itu disubstitusi menjadi tepung yang kemudian kami olah menjadi biskuit,” ungkap Fakhri.

Dijelaskan, pemilihan biji nangka ini bukan tanpa sebab. Ia bersama timnya melihat masih banyak limbah biji nangka yang terbuang sia-sia.

Fakhri juga menyampaikan target stunting dari timnya merupakan bayi di Indonesia yang berumur 0 sampai 6 bulan dan 6-12 bulan yang memasuki MPASI (Makanan Pendamping ASI).

Karena berfokus kepada bayi, produk yang dibuat berupa biskuit sebagai makanan pendamping asi. Biskuit ini juga bisa diolah menjadi bubur.

Selain itu, biskuit bisa menjadi makanan sekaligus sebagai mainan untuk merangsang motorik pada bayi atau anak-anak. "Alhamdulillah PKM-RE yang sedang kami buat telah mendapat pendanaan dari Kemdikbud,” ungkap dia.

Mahasiswa asal Surabaya itu menjelaskan, tepung biji nangka dan kacang tunggak yang sudah diolah menjadi biskuit kemudian akan diuji kadar proksimat.

Pengujian ini untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Selain itu, juga dilakukan pengujian organoleptik dan terakhir diujikan pada bayi dan ibu yang sedang hamil.

Pengembangan produk ini tak luput dari kerja sama anggota tim lainnya. Mereka di antaranya adalah Herlina Diah ayu Rosita, Zurotun Nasifah, Audina Aura Sarie dan Wahyu Amalia.

Selain itu, kelompok mahasiswa teknologi pangan itu  juga mendapatkan dukungan dan bimbingan langsung dari dosen Ilmu Teknologi Pangan (ITP) UMM, Prof Noor Harini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement