Jumat 07 Nov 2025 05:40 WIB

Unjaya-UMP Implementasikan Teknologi Pengering Tenaga Surya Berdayakan Masyarakat Miskin Kulonprogo

Inovasi tak berhenti di teknologi pertanian.

Kolaborasi Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (Unjaya) dan Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) menghadirkan solusi Teknologi Tepat Guna (TTG) yang menggabungkan sistem pengering tenaga surya dan taman gizi terpadu berbasis Internet of Things (IoT) untuk memberdayakan masyarakat di desa yang kondisinya miskin ekstrem di Kulonprogo..
Foto: dokpri
Kolaborasi Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (Unjaya) dan Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) menghadirkan solusi Teknologi Tepat Guna (TTG) yang menggabungkan sistem pengering tenaga surya dan taman gizi terpadu berbasis Internet of Things (IoT) untuk memberdayakan masyarakat di desa yang kondisinya miskin ekstrem di Kulonprogo..

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah usaha pemerintah menekan angka stunting nasional, sebuah terobosan inovatif muncul dari kolaborasi Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (Unjaya) dan Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) bersama masyarakat di Kulonprogo.

Unjaya bersama UMP menghadirkan solusi Teknologi Tepat Guna (TTG) yang menggabungkan sistem pengering tenaga surya dan taman gizi terpadu berbasis Internet of Things (IoT) untuk memberdayakan masyarakat di desa yang kondisinya miskin ekstrem.

Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) skema Kosabangsa Tahun Pendanaan 2025 yang didanai Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) ini menargetkan Kalurahan Srikayangan, Kapanewon Sentolo, sebagai lokasi implementasi teknologi ramah lingkungan sekaligus strategi pencegahan stunting berbasis pemberdayaan ekonomi lokal.

Ketua Pelaksana Program Dr Tri Sunarsih bersama tim Unjaya terdiri dari Kharisma dan Ari Okta Viyani. Tim pendamping dari UMP dipimpin oleh Prof Suyitno bersama Dr Murry Hermawan Saputra dan Dr Jeki Mediantari Wahyu W.

Rangkaian kegiatan diawali dengan sosialisasi lintas sektoral pada 13 September 2025 di Balai Kalurahan Srikayangan. Acara yang dihadiri Dinas Dalduk dan KB, Dinas Pertanian serta Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM ini menjadi titik awal perubahan bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri Manunggal dan Kelompok Kader Posyandu.

"Kami berharap, melalui program ini, teknologi yang kami kembangkan dapat diimplementasikan langsung di masyarakat, sehingga berdampak pada peningkatan gizi, pencegahan stunting, sekaligus penguatan ekonomi keluarga," ujar Tri Sunarsih, dalam keterangannya, Kamis (6/11/2025).

Puncak pelatihan berlangsung 18 Oktober 2025 di Rumah Produksi KWT Putri Manunggal. Para peserta diperkenalkan dengan alat pengering bertenaga surya untuk mengawetkan hasil pertanian tanpa mengurangi nilai gizi serta sistem taman gizi terpadu berbasis IoT yang mengintegrasikan pertanian dan peternakan modern dengan otomatisasi pengairan.

Hasil evaluasi menunjukkan lompatan signifikan: pengetahuan peserta melonjak dari skor 58,4 menjadi 87,6, atau naik 49,9 persen. Mereka tidak hanya mampu mengoperasikan peralatan, tetapi juga memahami prinsip energi terbarukan dan sistem otomasi pertanian.

Inovasi tak berhenti di teknologi pertanian. Program ini mengajarkan peserta mengolah limbah keong sawah, hama yang biasa dibuang petani, menjadi tepung pakan ternak berprotein tinggi dan suplemen.

Pelatihan yang meningkatkan keterampilan peserta hingga 68 persen ini sekaligus membuka peluang ekonomi baru sambil menjaga kelestarian lingkungan.

Anggota KWT juga dilatih membuat produk pangan fungsional seperti Taburia, bubuk tabur bergizi dan sambal bawang merah kelor pada 8 November 2025. Penggunaan alat pengering tenaga surya memastikan kualitas bahan tetap prima tanpa bahan pengawet kimia.

Tak kalah penting, pelatihan pengemasan dan pemasaran produk yang digelar 26 Oktober 2025 membuka mata peserta terhadap dunia branding dan pemasaran digital. Pemahaman mereka meningkat rata-rata 77 persen, menandai lahirnya pelaku usaha mikro baru berbasis pangan lokal.

Memastikan aspek kesehatan dan gizi tidak terabaikan, kader posyandu mendapat rangkaian pelatihan komprehensif mulai dari parenting education yang meningkatkan pemahaman tentang pola asuh dan gizi seimbang sampai 72 persen, hingga pemeriksaan antropometri dan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dengan peningkatan keterampilan mencapai 82 persen.

Penerapan alat Stimulation Mat berbasis TTG, yaitu alat permainan edukatif untuk stimulasi tumbuh kembang anak, diperkenalkan agar kader mampu melakukan deteksi dini gangguan pertumbuhan balita.

Pelatihan pengolahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis bahan lokal seperti kelor, pisang dan keong sawah menghasilkan peningkatan pengetahuan hingga 86 persen, sambil menciptakan alternatif PMT sehat dan ekonomis bagi keluarga miskin.

Sosialisasi lanjutan pada 26 Oktober 2025 semakin memperkuat komitmen lintas sektor dalam mendukung program ini. Kolaborasi perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat membuktikan bahwa pengabdian berbasis riset dan teknologi mampu mendukung tujuan nasional menurunkan prevalensi stunting sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal.

Program yang didanai Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Ditjen Risbang), Kemendiktisaintek tahun anggaran 2025 ini, menjadi bukti nyata bahwa inovasi teknologi, ketika berpadu dengan kebijaksanaan lokal dan partisipasi masyarakat, dapat menciptakan perubahan berkelanjutan.

Keberhasilan memperoleh pendanaan Kosabangsa 2025 bukan sekadar prestasi akademik Unjaya, melainkan komitmen nyata mengabdi kepada masyarakat.

Program Kosabangsa 2025 menjadi bukti bahwa teknologi, edukasi dan kolaborasi dapat berjalan seiring membangun kesejahteraan di daerah miskin ekstrem.

Integrasi teknologi pengering tenaga surya, taman gizi terpadu berbasis IoT, pengolahan pangan lokal dan edukasi pencegahan stunting telah menghasilkan peningkatan kapasitas nyata pada pengetahuan dan keterampilan masyarakat Srikayangan.

“Melalui program ini, kami ingin membuktikan bahwa riset tidak berhenti di laboratorium, tetapi hidup di tengah masyarakat,” ungkap Tri Sunarsih.

Kini, warga Srikayangan tak hanya memahami arti gizi seimbang, tapi juga mulai memproduksi sendiri bahan pangan sehat dan bernilai jual.

Harapannya, program ini tidak hanya meningkatkan kualitas pangan dan kesehatan masyarakat, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi warga desa yang kondisinya miskin ekstrem, menjadi model replikasi bagi daerah lain dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengentasan kemiskinan.

“Teknologi sederhana bisa mengubah masa depan keluarga miskin, jika digunakan dengan pengetahuan yang benar dan semangat gotong royong,” tutur Tri Sunarsih.

Program Kosabangsa 2025 di Kalurahan Srikayangan menjadi model pengabdian berbasis teknologi yang humanis, menghubungkan kecerdasan ilmiah dengan kearifan lokal, menjadikan desa bukan lagi objek pembangunan, melainkan pusat inovasi.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement