Kamis 03 Aug 2023 09:40 WIB

Bekali Keterampilan Warga Binaan, Mahasiswa UMM Beri Pelatihan Budi Daya Lele

Kegiatan ini bisa membantu perekonomian para warga binaan nantinya.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Mahasiswa PKM-PM Prodi Akuakultur UMM melakukan pendampingan di Lapas Kelas 1 Malang. Mereka mengajari cara budi daya ikan lele yang bisa menjadi alternatif pekerjaan saat warga binaan menyelesaikan masa hukumannya.
Foto: Dokumen
Mahasiswa PKM-PM Prodi Akuakultur UMM melakukan pendampingan di Lapas Kelas 1 Malang. Mereka mengajari cara budi daya ikan lele yang bisa menjadi alternatif pekerjaan saat warga binaan menyelesaikan masa hukumannya.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Warga binaan yang berada di lembaga pemasyarakatan (lapas) masih dicap negatif oleh sebagian orang. Stigma tersebut juga masih melekat sekalipun mereka bebas dari lapas.

Kondisi tersebut membuat mantan warga binaan kesusahan untuk mendapat pekerjaan dan bertahan hidup. Hal itu mendorong inisiatif  mahasiswa PKM-PM Prodi Akuakultur Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melakukan pendampingan di Lapas Kelas 1 Malang.

Mereka mengajari cara budi daya ikan lele yang bisa menjadi alternatif pekerjaan saat warga binaan menyelesaikan masa hukumannya. Salah satu anggota kelompok, Putri Ramadhani mengatakan, program tersebut berupa pembekalan usaha budi daya ikan lele dengan teknologi resirkulasi akuakultur sistem dan budi daya pakan alami.

Harapannya, kegiatan ini bisa membantu perekonomian para narapidana nantinya. Menurut dia, program ini mulai berjalan dari Juni dan akan berakhir pada September. "Selain untuk menunjang perekonomian di lapas, besar harapan program ini bisa menjadi keterampilan baru dan bekal bagi mereka untuk membuat usaha ketika nantinya mereka bebas,” ungkap Putri.

Budi daya ikan lele ini dipilih karena ikan lele merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki potensi budidaya yang tinggi. Kandungan protein ikan lele yang tergolong bagus yaitu 19,09 persen. Selain itu, ikan lele  juga sangat mudah dibudidayakan dan ditemui di pasaran.  

Faktor penentu keberhasilan utama dari budi daya ikan yaitu ketersediaan pakan. Maka di program ini, timnya juga melakukan pelatihan untuk memberikan pakan alami berupa kutu air (daphnia sp.) dan cacing sutera (tubifex sp.) yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Dengan pemberian pakan alami, biaya yang dikeluarkan juga dapat ditekan.

Di samping itu, timnya juga menambahkan teknologi Resirkulasi Akuakultur Sistem (RAS) yang memiliki keunggulan untuk memanfaatkan sistem sirkulasi air kolam. Dalam hal ini dengan menggunakan kembali air sebagai budidaya habitat air. Langkah ini bertujuan agar dapat mengurangi penggunaan air dari luar sistem.

Alhamdulillah, program kami juga mendapatkan pendanaan dari pemerintah. Kami juga menyediakan buku perikanan agar mereka bisa terus belajar,” katanya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement