Senin 14 Aug 2023 07:34 WIB

Muhammadiyah DIY dan Makes 'Aisyiyah Gandeng BKKBN Tekan Stunting

Prevalensi balita stunting di DIY masih mencapai 16,4 persen.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Sosialisasi Program Pencegahan Stunting yang digelar MPKU PWM DIY, Makes
Foto: Dokumen
Sosialisasi Program Pencegahan Stunting yang digelar MPKU PWM DIY, Makes

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Persoalan stunting masih menjadi pekerjaan rumah di Indonesia, termasuk DIY. Penurunan stunting pun menjadi isu strategis bersama antara Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Majelis Kesehatan (Makes) 'Aisyiyah, dan BKKBN.

Ketua MPKU PWM DIY, Masykur Rahmat, mengatakan stunting merupakan masalah kesehatan global yang dialami oleh anak-anak di berbagai negara, begitu pun Indonesia. Hal ini disampaikan Masykur dalam Sosialisasi Program Pencegahan Stunting di Wates, Kabupaten Kulonprogo, DIY, yang merupakan program kolaborasi bersama BKKBN, Sabtu (12/8/2023).

Ia menjelaskan, stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis pada masa pertumbuhan awal anak, biasanya pada periode 1.000 hari pertama sejak konsepsi hingga usia dua tahun. Kondisi ini berdampak serius pada perkembangan fisik dan mental anak.

"Serta memiliki implikasi jangka panjang terhadap kualitas hidup dan produktivitas di masa dewasa," kata Masykur.

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi balita stunting di DIY masih cukup tinggi, yakni 16,4 persen. Angka ini masih tinggi meski sudah di bawah capaian nasional, yakni 21,6 persen.

Untuk itu, perlu adanya upaya penanganan stunting yang terus digencarkan. Salah satunya melalui sosialisasi pencegahan stunting yang digelar di Kulonprogo tersebut dengan berkolaborasi bersama BKKBN.

Masykur menuturkan, tujuan kegiatan, yakni memberikan bekal dan pemahaman tentang langkah pencegahan stunting dalam menyusun program kerja MPKU Muhammadiyah. Baik di tingkat pimpinan wilayah, daerah, cabang, ranting, maupun majelis kesehatan.

"Serta adanya kerja sama antara MPKU, Makes 'Aisyiyah dan BKKBN pusat, provinsi, dan kabupaten/kota," ujarnya.

Sementara itu, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, juga menyebut stunting disebabkan tiga hal dalam proses pengasuhan anak. Mulai dari suboptimal nutrition atau kekurangan asupan makanan, suboptimal health atau anak yang sering sakit-sakitan, dan suboptimal parenting atau pola pengasuhan anak yang tidak optimal.

"Peran serta Muhammadiyah dan 'Aisyiyah dengan jejaringnya yang luar biasa dapat memberikan edukasi kepada masyarakat luas (dalam upaya penanganan dan penurunan stunting)," kata Hasto.

Dalam kegiatan tersebut, juga turut dihadiri oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan Pimpinan Daerah 'Aisyiyah (PDA) Kulonprogo, Dinas Kesehatan Kulonprogo, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMK PPKB) Kulonprogo, MPKU PWM dan PDM se-DIY, Makes 'Aisyiyah PWA dan PDA se-DIY, serta rumah sakit dan klinik Muhammadiyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement