Kamis 24 Aug 2023 13:34 WIB

Hadapi Puncak Kemarau, Kabupaten Semarang Siagakan Satgas Penanganan Karhutla

Sejumlah kawasan di wilayah setempat cukup rentan terhadap bencana ini.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha (tengah) melihat berbagai peralatan dan sarana usai memimpin Apel Gelar Pasukan Satgas Penanganan Karhutla Kabupaten Semarang 2023,  Kamis (24/8/2023).
Foto: Republika/ Bowo Pribadi
Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha (tengah) melihat berbagai peralatan dan sarana usai memimpin Apel Gelar Pasukan Satgas Penanganan Karhutla Kabupaten Semarang 2023, Kamis (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Musim kemarau yang cukup terik dan diprediksi masih akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan, membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang perlu mengantisipasi berbagai dampak yang dapat ditimbulkan.

Selain bencana kekeringan, langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga diantisipasi, mengingat sejumlah kawasan di wilayah setempat cukup rentan terhadap bencana ini.

Berkaca dari pengalaman musim kemarau tahun-tahun sebelumnya, kawasan hutan dan lahan di kawasan di lereng Gunung Merbabu maupun Gunung Ungaran menjadi lokasi yang sangat rawan.

Belum lagi dalam beberapa pekan terakhir, kebakaran lahan juga sudah terjadi di sejumlah wilayah akbat kelalaian sebagian masyarakat yang melakukan aktivitas yang dapat memicu terjadinya kebakaran.

Oleh karenanya, bersama para pemangku kepentingan yang lain, Pemkab Semarang menggelar Apel Gelar Pasukan Satgas Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) 2023.

Bupati Semarang, H Ngesti Nugraha mengungkapkan, di tengah cuaca yang cukup kering dan kemarau dan dimungkinkan berlangsung lebih panjang ini, diperlukan kesiapsiagaan seluruh stakeholder dalam rangka mengantisipasi dan menangani karhutla.

“Semua pemangku kepentingan terkait harus siap setiap saat dalam mengantisipasi karhutla yang berpotensi terjadi,” kata bupati usai memimpin apel di Lapangan Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Kamis (24/8/2023).

Menurut Ngesti, ada beberapa hal yang penting disampaikan kepada masyarakat secara bersama-sama terkait dengan sosialisasi, pemahaman, hingga pencegahan terhadap terjadinya bencana karhutla.

Masyarakat harus lebih berhati-hati di saat musim kemarau dan cuaca yang sangat kering ini untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat memperbesar risiko terjadinya kebakaran hutan maupun lahan.

Seperti membakar daun-daunan atau semak yang kering, sampah-sampah di kawasan hutan maupun lahan di sekitar permukiman. “Inilah yang harus kita anstisipasi bersama dalam menekan risiko terjadinya karhutla,” jelasnya.

Tak hanya itu, lanjut bupati, manakala terjadi kebakaran, seluruh pemangku kepentingan juga sudah siap bergotong-royong melakukan penanganan, mulai dari pemerintah daerah, TNI/Polri, BPBD, Perhutani, hingga relawan dan masyarakat.

Ngesti juga menyampaikan, kawasan hutan Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Gunung Ungaran telah dipetakan cukup rawan terhadap karhutla.  Namun demikian, antisipasi juga penting dilakukan di kawasan hutan yang selama ini tidak diprediksi.

Karena menurutnya dalam kondisi cuaca yang cukup kering ini di manapun juga bisa menjadi potensi. “Maka kita minta kepada  masyarakat jangan sampai membuang api atau membuat perapian sembarangan di sekitar kawasan hutan, di lahan-lahan kosong, maupun di dekat lingkungan sekalipun,” ujar bupati.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Satpol PP dan Damkar) Kabupaten Semarang, Anang Sukoco menambahkan, sepanjang Januari hingga Agustus 2023 ini, di wilayah Kabupaten Semarang telah terjadi sedikitnya 74 peristiwa kebakaran.

“Dari jumlah itu, sebanyak 25 laporan kejadian kebakaran merupakan kategori karhutla dan itu terjadi sejak awal periode musim kemarau tahun ini atau sejak Juni 2023 beberapa waktu lalu,” ungkapnya.

Peristiwa karhutla ini, umumnya terjadi karena unsur kelalaian, seperti membakar semak lalu ditinggal, membakar sampah daun-daun kering, juga membuang puntung rokok sembarangan.

Untuk itu, ia berharap peristiwa kebakaran lahan yang sudah terjadi ini bisa menjadi pelajaran. “Masyarakat yang melakukan aktivitas membakar lahan, semak, sampah, atau membuang puntung rokok harus memastikan bahwa api telah padam sebelum meninggalkan,” tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement