Kamis 07 Sep 2023 16:02 WIB

Harga Beras Masih Tinggi, Pedagang Sate di Yogyakarta Kurangi Porsi Lontong

Sate Madura Bu Ida juga mengurangi volume beras yang dimasak.

Rep: Archaiva Raihanah Azzahra/ Red: Fernan Rahadi
Sate (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Sate (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Harga beras di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih mengalami kenaikan. Di pasar tradisional Yogyakarta misalnya, harga beras mengalami kenaikan berkisar Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per kilogram.

Fenomena ini membuat sejumlah pedagang makanan terutama yang menjual nasi melakukan berbagai penyesuaian. Misalnya usaha warung Sate Madura Bu Ida yang terpaksa mengurangi porsi lontong untuk para pelanggan. 

Baca Juga

"Biasanya kalau memberi lontong potongannya banyak, tetapi sekarang sudah dikurangi karena harga beras yang naik," ucap Lia, seorang pegawai warung yang berada di seberang lobby Sleman City Hall, Kabupaten Sleman, tersebut, Rabu (6/9/2023).

Selain mengurangi potongan lontong pada satu porsi makan, Sate Madura Bu Ida juga mengurangi volume beras yang dimasak untuk membuat lontong dagangannya tidak berukuran besar seperti yang sebelumnya dijual. "Buat harga tidak naik, tetapi porsinya sedikit dikurangi apalagi lontong yang dibuat Ibu juga dikecilkan ukurannya," kata Lia.

Namun sejauh ini tidak ada komplain pelanggan Sate Madura Bu Ida. Menurut Lia, hal tersebut dikarenakan  pelanggan sudah paham akan kenaikan harga beras di pasaran.

Sementara itu Inung, seorang penjual Warung Makan Soto Mendoan Abimanyu di Jalan Dr Wahidin, Kota Yogyakarta, menyikapi kenaikan harga beras dengan biasa. Menurutnya, harga beras memang selalu naik-turun setiap tahunnya. Inung pun tidak mengurangi porsi nasi untuk sotonya. Tetap dengan porsi dan harga normal, yaitu Rp 10 ribu untuk semangkuk soto.

Ia mengatakan lebih khawatir jika harga lauk-pauk yang mengalami kenaikan. "Lebih takut daging dan tempe naik daripada beras. Karena kalau beras memang naik-turun setiap tahunnya. Jika memang harga beras selanjutnya naik berkepanjangan baru dipikirkan untuk kenaikan harga soto yang dijual," katanya.

Menurut Inung, sudah satu bulan terakhir ini kelonjakan harga beras dirasakan oleh masyarakat Yogyakarta. Tak hanya agen beras dan penjual beras yang resah akan kenaikan harga beras, namun juga terdapat beberapa pedagang makanan yang terkena imbas. 

Beberapa ada yang menjual dengan menaikkan harga porsi makanan, beberapa bersiasat mengurangi porsinya tanpa mengubah harga, dan beberapa tetap pada harga normal untuk tetap menjaga para pelanggan.

"Kasihan kalau dinaikkan harganya, pelanggan kebanyakan pelajar. Selama masih stabil untuk lauk tetap kita jual soto dengan harga normal. Apalagi nasi tidak terlalu berpengaruh untuk kenaikan harga satu porsinya," kata Inung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement