REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Meski kesadaran masyarakat dan fasilitas untuk penyandang disabilitas sudah lebih baik saat ini, lapangan pekerjaan masih sulit untuk diakses oleh mereka. Apalagi pada 20 tahun lalu, di mana fasilitas untuk difabel masih sangat terbatas.
Saat itulah, Rita Indriani dan suami mulai membuka lapangan pekerjaan untuk para difabel. Sebagai seorang pengajar di sekolah luar biasa (SLB), suami Rita berpikir bagaimana murid-murid didiknya mendapatkan wadah untuk menyalurkan ilmu yang didapat di bangku sekolah ke dunia kerja.
"Suami saya ingin mengembangkan dunia kriya menjadi dunia kerja untuk difabel. Saat itu kami punya dua anak yang masih kecil, kemudian terpikir, kenapa tidak membuat mainan anak-anak saja," tutur Rita di showroom ABC Woodentoys, Jalan Gendeng GK IV / 598 A, Bac iro, Gondokusuman, Yogyakarta, kepada Republika.
Ide membuat mainan edukatif yang terbuat dari kayu kemudian muncul ketika salah satu anak Rita sakit dan harus dirawat di RSUP dr. Sardjito. Di sana rupanya terdapat perpustakaan mini untuk pasien anak-anak yang menyediakan mainan edukatif yang berasal dari luar negeri.
Kala itu, jelas Rita, belum ada mainan edukatif yang diproduksi di Indonesia, sehingga tercetuslah ide untuk memproduksinya dengan memberdayakan difabel. Kecintaan Rita dan suami terhadap anak-anak mereka membuat keduanya mulai merintis pembuatan mainan edukatif anak melalui ABC (Anak Bangsa Cerdas) Woodentoys pada 14 Mei 2003.
Awalnya ABC Woodentoys hanya membuat mainan puzzle ketangkasan yang rupanya segera menjadi favorit bagi anak-anak. Selanjutnya, para konsumen yang ditawarkan mulai bertanya jenis produk lain, sehingga ABC pun memproduksi beragam jenis mainan dari kayu hingga 300 jenis sampai saat ini.
Mainan-mainan tersebut diperuntukkan anak usia 3-7 tahun dan sudah berlabel SNI. Memberdayakan difabel merupakan misi ABC sejak awal.
Ini telah diwujudkan dengan memperkerjakan para difabel tunagrahita dan tunarungu untuk memproduksi mainan. Berawal dari empat orang karyawan, hingga saat ini sudah ada tujuh orang karyawan difabel yang bekerja di ABC Woodentoys.
Para difabel yang bekerja di ABC ditugaskan untuk membuat produk-produk mainan seperti menggergaji bahan kayu, mengebor, mengecat, hingga finishing. Menurut Rita, bekerja dengan mereka memiliki keistimewaan sendiri.
"Teman-teman difabel ini ketika kita beri instruksi dan saran bisa menerima setahap demi setahap dan cepat fokus, mereka juga lebih setia. Tantangannya di awal saya yang harus beradaptasi dengan mereka," ujarnya.
Pekerjanya saat ini terdiri dari 10 orang, dengan empat di antaranya adalah difabel (satu orang tunarungu, tiga orang tunagrahita). Ia merekrut pekerja yang merupakan lulusan SLB-B dan SLB-C di sekitar tempat tinggalnya. SLB-B merupakan sekolah khusus untuk penyandang tunarungu, dan SLB-C untuk tunagrahita.
Salah satu karyawannya yang bernama Hery, yang sejak awal ikut merintis ABC Wooden Toys, kini telah pensiun. "Ada yang sudah pensiun, dan menikah lalu berhenti bekerja. Tapi setiap tahunnya kami selalu membuka magang untuk siswa-siswa difabel," kata wanita berusia 53 tahun ini.
Selain gaji, para pekerjanya juga diberikan tunjangan kecelakaan kerja hingga jaminan hari tua dari program BPJS Ketenagakerjaan. Ini untuk menjamin hidup mereka setelah pensiun, seperti salah satu karyawan difabel yang sudah pensiun.
Pemasaran
Untuk pemasarannya, ABC mulanya menawarkan kerja sama dengan sekolah-sekolah, ikut pameran, dan bazaar di sekolah. Area pemasaran yang bermula dari Yogyakarta sekarang berkembang di seluruh Indonesia seperti ke Aceh, Medan, Batam, Pekanbaru, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Semarang, Solo, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Kupang, Papua Barat, Manado, Makassar, dan lainnya.
Sekarang ABC Woodentoys bermitra dengan lebih dari 100 member/reseller di seluruh Indonesia dan 10 tempat konsinyasi di Yogyakarta. Mereka juga mulai merambah ke jualan online melalui beberapa marketplace sejak 2016 silam.
Dengan bahan baku kayu lokal Yogyakarta, omzetnya telah mencapai sekitar Rp 30 juta per bulan. Saat pandemi pada 2020, di mana saat itu anak-anak harus belajar di rumah, mainan edukatif menjadi begitu populer. Saat itu omzetnya mencapai hingga Rp 500 juta per tahun.
Jenis mainan yang paling laris hingga saat ini adalah puzzle ketangkasan, yang peminatnya berasal dari semua umur. Agar tidak kalah saing, Rita terus memproduksi mainan berdasarkan permintaan pasar, seperti mainan loose part yang terdiri dari berbagai bahan kerajinan yang nantinya bentuknya bisa disesuaikan dengan tema pelajaran.
Mainan tersebut merupakan bagian dari kurikulum Merdeka Belajar yang menekankan imajinasi dan kreatifitas siswa. "Sekarang mainan ini yang banyak di-request oleh sekolah-sekolah," imbuhnya.
Mitra binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra
ABC Woodentoys telah mendapatkan berbagai penghargaan atas prestasinya sebagai usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di bidang mainan edukatif yang juga memberdayakan difabel. Beberapa penghargaan yang diraih yakni memenangkan lomba IGDS (Indonesia Good Design) Kategori Mainan Edukasi pada 2017, Juara III Lomba Souvenir Khas Destinasi Wisata Yogyakarta pada 2017, dan juara kategori Manajemen Usaha Dekoya Award pada 2017. Rita juga pernah membawa usahanya untuk pameran ke Malaysia dan Australia.
Kendati begitu, Rita tidak memungkiri bahwa manajemen ABC Woodentoys perlu banyak dibenahi. Untuk itu ia bergabung menjadi mitra binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sejak 2018.
Menjadi mitra binaan YDBA telah memberikan banyak keuntungan untuk usahanya. Mulai dari pendampingan dan pelatihan mengenai manajemen keuangan dan digital marketing, diikutsertakan perlombaan dan pameran, hingga mendapatkan bantuan alat untuk produksi bahan.
"Kami sangat terbantu sekali mengenai manajemen keuangan dan pemasaran digital. Sosmed kami jadi bisa lebih berkembang, ada pendampingan pembuatan website juga," ungkapnya.
Fasilitas yang didapatnya sebagai mitra binaan juga tidak sebatas pada pendampingan manajemen, tapi juga akses ke pameran yang semakin terbuka lebar. Dengan ikut serta berbagai pameran, produk-produk ABC Woodentoys dikenal semakin luas oleh masyarakat Indonesia.
Apalagi pendampingan pemasaran digital yang turut mendongkrak penjualan via online. Usahanya pun kian berkembang dan prestasi juga semakin bertambah.
Pada 2019, ABC Woodentoys menerima penghargaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (ANUGERAH PARITRANA) oleh Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada 2022 menjadi UKM Mandiri YDBA, lalu Juara 1 Lomba QCC YDBA Tingkat Nasional 2023 dan menjadi UMKM Mandiri Kerajinan/Kuliner Terbaik YDBA pada 2023.
Rita juga berkeinginan untuk merambah pasar ekspor. Beruntung, Astra melalui YDBA di Yogyakarta telah memberikan pendampingan website dan pelatihan ekspor agar bisa mengembangkan pasar ABC Woodentoys.
"Kami berencana ekspor, melalui YDBA kami diberi pelatihan ekspor dan pendampingan website," ujar Rita.
Koordinator Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Yogyakarta, Fransiska Wisni Kristanti menjelaskan, kolaborasi berbagai pihak diperlukan untuk mendampingi UMKM agar lebih berkembang. Untuk kolaborasi dalam hal pemasaran, mitra binaan dibantu melalui jejaring Grup Astra, hingga pendampingan pemasaran digital melalui marketplace.
"ABC kami bantu pemasaran salah satunya di Astra Grup, telah mendapatkan order dari Astra Internasional juga," jelasnya.
ABC juga didaftarkan di aplikasi LPSE milik instansi pemerintah yang fungsinya agar UMKM tersebut dapat ikut tender resmi pengadaan barang dan jasa, yang dalam hal ini adalah mainan edukatif untuk siswa sekolah.
Selain itu, YDBA juga memfasilitasi untuk ikut berbagai pameran lokal dan pameran Trade Expo Indonesia (TEI). Melalui berbagai kolaborasi yang memajukan UMKM, kini nama ABC Woodentoys semakin dikenal.
Bak sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, ABC Woodentoys kini tidak hanya dikenal sebagai mainan anak-anak edukatif, tapi juga menjadi wadah bagi para difabel untuk belajar, berkreasi dan bekerja.