Jumat 22 Sep 2023 14:46 WIB

Tiga Warga Bantul Diduga Positif HIV dari VCT Puskesmas Kasihan II

Ada enam orang yang menjalani VCT dan kebanyakan pasiennya berasal dari luar Kasihan.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
HIV/AIDS (Ilustrasi)
Foto: Flickr
HIV/AIDS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Puskesmas Kasihan II, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membuka voluntary counseling testing (VCT) HIV gratis untuk kelompok dengan risiko tinggi di Kabupaten Bantul. Ada enam orang warga dari luar Kapanewon Kasihan yang mengikuti VCT yang berlangsung pada Kamis (21/9/2023).

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Samsu Aryanto, mengatakan, VCT tersebut merupakan layanan gratis bagi kelompok risiko tinggi. "Layanan ini dijadikan satu di puskesmas tersebut tapi menjangkau semua kelompok risiko tinggi," ujar Samsu kepada Republika.co.id, Jumat (22/9/2023).

Baca Juga

Menurut Samsu, layanan ini dilakukan untuk menekan penularan HIV-AIDS di Kabupaten Bantul. Informasi mengenai layanan ini disampaikan kepada pihak terkait atau LSM yang menjangkau ke kelompok risiko tinggi. Adapun kelompok risiko tinggi di antaranya pekerja di salon pijat, lelaki suka lelaki (LSL), penjaja seks hingga pengguna narkoba suntik (penasun).

Kepala UPTD Puskesmas Kasihan II Elmi Yudihapsari menjelaskan, ada enam orang yang menjalani VCT dan kebanyakan pasiennya berasal dari luar Kapanewon Kasihan. "Yang melakukan VCT ada enam orang, dan tiga orang hasilnya negatif, dan tiga orang harus mengulang VCT dua minggu lagi untuk memastikan diagnosis," kata Elmi.

Elmi menegaskan bahwa saat ini belum ada yang dinyatakan positif. VCT kedua dalam kurun waktu dua pekan lagi untuk benar-benar memastikan diagnosa HIV. Adapun pasien yang mendaftar VCT kebanyakan berjenis kelamin laki-laki.

Ia menjelaskan bahwa layanan terkait HIV maupun infeksi menular seksual (IMS) dilaksanakan di jam siang hingga sore hari, tidak bergabung dengan pelayanan umum puskesmas. Hal ini terkait dengan privasi dari pasien HIV sehingga tidak heran jika yang mendaftar VCT adalah warga di luar Kapanewon Kasihan. "Mungkin karena mereka merasa malu dekat dengan rumah. Kami juga senang mereka sudah mau berobat sehingga kami berusaha untuk menjaga privasi mereka," ujarnya.

Pelayanan VCT dilakukan setiap dua pekan sekali yakni pada minggu pertama awal bulan dan minggu ketiga. Untuk biaya VCT dan obatnya, gratis karena merupakan program pemerintah, mereka hanya membayar retribusi pendaftaran. Akan tetapi, untuk mendapatkan obatnya pasien harus tetap menggunakan resep karena setiap pasien berbeda takaran obatnya.

Sementara itu untuk pasien yang sudah positif HIV wajib mengambil obat di puskesmas yang digunakan sebagai tes serta melakukan beberapa pemeriksaan rutin. Ini dilakukan juga untuk menelusuri asal penularan HIV tersebut sehingga dapat ditekan penularannya. Elmi menambahkan, saat ini jumlah pasien yang berobat di Puskesmas Kasihan II ada 15 orang.

"Kalau yang tes HIV biasanya juga beberapa ada yang terkena IMS, bahkan ibu hamil juga kita periksa IMS-nya. Karena untuk penanganan bayi dalam kelahirannya," katanya.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menunjukkan, kasus HIV-AIDS dalam beberapa waktu terakhir cukup fluktuatif, yakni 16 kasus pada Januari 2023, 18 kasus pada Februari 2023, 19 kasus pada Maret 2023, 14 kasus pada April 2023, 20 kasus pada Mei 2023 dan 4 kasus pada Juni 2023. Kemudian pada bulan Juli hingga Agustus 2023 ditemukan 10 orang positif HIV-AIDS melalui sero survei di kalangan risiko tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement