Kamis 19 Oct 2023 01:54 WIB

Skrining, Testing, dan Tracing Ditingkatkan Perkuat Eliminasi ATM di Yogyakarta

Penuntasan ATM ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebut meningkatkan skrining, testing, dan tracing AIDS, tuberkulosis, dan malaria (ATM). Peningkatan ini dilakukan untuk mewujudkan eliminasi ATM di 2030.

Kepala Dinkes Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani mengatakan, Kota Yogyakarta memiliki capaian cakupan penemuan kasus tuberkulosis sebesar 83 persen berdasarkan data dari Kementerian kesehatan tahun 2022. Capaian ini masih di bawah target yang ditetapkan, yakni 90 persen pada 2023 ini.

"Sehingga program tuberkulosis di Kota Yogyakarta perlu ditingkatkan agar target penemuan kasus 90 persen di 2023 terpenuhi," kata Emma.

Meski belum memenuhi target hingga 90 persen, capaian penemuan kasus ini sudah dinilai cukup tinggi. Untuk itu, skrining, testing, dan tracing akan terus ditingkatkan mengingat pengobatan tuberkulosis membutuhkan waktu yang lama

“Memang capaian penemuan semakin tinggi karena kita mencari dan segera diobati, di mana penderita tuberkulosis ini pengobatannya memerlukan waktu dan harus tertib minum obat selama enam bulan. Sehingga harapannya target 1.700 orang terpenuhi,” ujar Emma.

Terkait jumlah kasus HIV di Kota Yogyakarta, hingga triwulan II 2023 sudah mencapai 59 kasus. Untuk malaria, Kota Yogyakarta juga sudah mendapatkan sertifikat eliminasi malaria pada 2014 lalu.

Meski sudah mendapatkan sertifikat ini, pengendalian malaria tetap dilakukan dengan surveilans pasif malaria. Lebih lanjut, Emma menyebut dalam rangka mewujudkan eliminasi ATM ini, juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama antar OPD di lingkungan Pemkot Yogyakarta, lembaga non pemerintah, dan kelompok masyarakat.

Penandatanganan komitmen bersama ini diharapkan dapat menggencarkan kelompok masyarakat, lembaga pemerintah, dan non pemerintahan untuk berkolaborasi bersama dalam melakukan skrining, testing dan tracing menuju eliminasi ATM pada 2030.

Selain itu, Emma juga berharap seluruh pihak saling bergotong royong menuntaskan ATM di Kota Yogyakarta melalui komitmen bersama tersebut.

“Penuntasan ATM ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, tetapi harus kolaborasi bersama baik OPD di pemerintahan maupun di masyarakat, sehingga target mencapai eliminasi ATM 2030 bisa tercapai,” jelas Emma.

Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengatakan, pihaknya akan memberikan dukungan dalam bentuk pembiayaan dalam rangka penanggulangan ATM ini. Melalui penandatanganan komitmen yang dilakukan, diharapkan dapat menghasilkan zero ATM di Kota Yogyakarta sesuai target yakni pada 2030.

"Untuk itu, bagi warga Kota Yogyakarta yang memiliki keluhan tentang ketiganya (ATM), segera ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan agar segera teratasi,” katanya.

Dalam mewujudkan eliminasi ATM ini, Singgih juga menekankan keterlibatan dan peran dari kelompok masyarakat, lembaga pemerintah, dan non pemerintahan. Kolaborasi tersebut dinilai sangat diperlukan untuk mencapai tujuan penuntasan ATM di Kota Yogyakarta.

“Untuk mencapainya, perlu melibatkan seluruh komponen wilayah dan organisasi masyarakat. Harapan ke depan, jika ditemukan penderita akan mendapatkan treatment sampai dengan sembuh. Maka masyarakat tidak perlu ini komitmen dari pemerintah,” ungkap Singgih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement