Ahad 22 Oct 2023 08:59 WIB

Temuan Kasus Enteritis di Yogya, Peternak Diminta Pastikan Hewan Ternak Miliki SKKH

Seekor hewan ternak sapi terkena enteritis akut hingga menyebabkan kematian.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Warga membersihkan kandang sapi komunal (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Warga membersihkan kandang sapi komunal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Empat ekor sapi dan kambing sudah ditemukan mengalami kasus enteritis di Kota Yogyakarta hingga Oktober 2023 berdasarkan hasil pemeriksaan Pelayanan Terpadu Kesehatan Hewan (Yanduwan). Empat kasus itu ditemukan di Kelurahan Suryodiningratan, Sorosutan, Lowanu, dan Bener.

Medik Veteriner Pertama Bidang Perikanan dan Kehewanan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta, Imam Abror mengatakan, salah satu hewan ternak sapi di Kelurahan Bener bahkan mengalami enteritis akut hingga menyebabkan kematian beberapa hari lalu.

Hewan itu diketahui sebelumnya mengalami gejala seperti diare, nafsu makan berkurang, serta kembung sehari sebelumnya. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel penyakit, hasilnya memang sapi tersebut terindikasi penyakit enteritis akut.

"Sapi ini sudah kita kubur di lokasi dekat kandang dengan pengawasan oleh tim URC beberapa hari yang lalu. Kemudian sapi-sapi lain yang masih dalam satu kandang dengan sapi yang mati, dilakukan pengobatan untuk pencegahan berkaitan dengan penyakit infeksi bakterial," kata Imam.

Dijelaskan, penyebab kasus enteritis ini dikarenakan terdapat cacing maupun bakteri pada hewan ternak. Kebanyakan, hewan ternak yang menderita penyakit ini merupakan hewan yang baru saja dibeli, namun tidak diketahui riwayat sebelumnya.

Ia mengimbau jika pemilik hewan ternak mendapati adanya ciri-ciri hewan yang terjangkit enteritis seperti diare, nafsu makan berkurang, dan kembung, maka diharapkan untuk dibawa ke dokter hewan. Hal ini dilakukan agar hewan tertangani dengan segera, sehingga penyakit tersebut bisa disembuhkan.

Selain itu, Imam juga meminta agar pemilik memastikan hewan ternak yang dibawa dari luar daerah memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Surat ini penting untuk memastikan hewan yang datang dari luar daerah terjamin kesehatannya.

"Saya berharap peternak lebih peduli dengan kondisi hewannya dan lebih meningkatkan kompetensinya dalam mengelola atau membudidayakan ternaknya. Selain itu, juga lebih berhati-hati apabila akan memasukkan sapi baru dari luar kota dan selalu minta SKKH dari daerah asal. Agar kejadian seperti sapi mati mendadak tidak terulang kembali," jelas Imam.

Kepala Bidang Perikanan dan Kehewanan DPP Kota Yogyakarta, Sri Panggarti juga mengimbau pemelihara dan pemilik hewan ternak untuk waspada terhadap penyakit enteritis yang sewaktu-waktu dapat dialami pada hewan ternak ini.

Sri menjelaskan, penyakit enteritis ini bisa disebabkan oleh parasit seperti cacing dan protozoa. Selain itu, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh bakteri Salmonella, E-Coli, Clostridium, serta virus seperti Rotavirus dan Coronavirus.

"Secara ideal penyebab enteritis bisa ditemukan dengan diagnosa laboratorium, baik itu pengecekan darah dan feses," kata Sri.

Ditegaskan, hewan ternak yang terjangkit penyakit ini harus mendapatkan penanganan segera. Jika tidak segera tertangani, penyakit enteritis ini bisa mengakibatkan kematian pada hewan ternak.

Meski ditemukan ada beberapa kasus enteritis di Kota Yogyakarta, namun Sri menyebut tidak terlalu banyak. Meski begitu, kegiatan edukasi kepada pemilik hewan ternak dan langkah-langkah preventif akan terus dilakukan untuk mencegah penyakit ini, salah satunya dengan pelayanan kesehatan hewan terpadu.

Tidak hanya penyakit enteritis, ia juga meminta peternak untuk mewaspadai penyakit lain yang dapat menyerang hewan ternak. Seperti antraks, PMK, hingga LSD yang juga dapat menyebabkan kematian pada hewan ternak.

Sri pun mengimbau peternak untuk melakukan pengecekan rutin terhadap hewan-hewan ternak miliknya ke dokter hewan. Termasuk secara rutin memberikan obat cacing sesuai saran atau pemeriksaan dokter hewan.

Selain itu, ditekankan agar pemberian minum maupun pembuatan sumber air untuk hewan ternak harus jauh dari penampungan kotoran. Hal ini dimaksudkan agar bakteri tidak mencemari air minum yang bisa menyebabkan enteritis.

"Peternak juga diharapkan jeli dalam membeli hewan ternak. Pastikan ada SKKH dari daerah asal, dan pastikan ternak dalam kondisi sehat," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement