Rabu 25 Oct 2023 11:43 WIB

10 Desa Masih Alami Kekeringan, BPBD Ponorogo Perbanyak Distribusi Air Bersih

Krisis air bersih yang dialami warga terus bertambah.

Petugas BPBD mendistribusikan air bersih untuk warga terdampak kekeringan (ilustrasi)
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Petugas BPBD mendistribusikan air bersih untuk warga terdampak kekeringan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, memperbanyak distribusi air bersih ke masyarakat yang terdampak kekeringan di 10 desa enam kecamatan setempat.

"Kami lakukan droping bergilir, sepekan dua kali. Mungkin masih bisa terus bertambah," kata Kepala BPBD Kabupaten Ponorogo, Masun di Ponorogo.

Sampai saat ini, penyaluran air bersih sudah dilakukan di 12 dukuh yang tersebar di 10 desa enam kecamatan tersebut. Sekali pengiriman menggunakan truk tangki itu, BPBD membagikan tak kurang dari 6 ribu liter air bersih.

Masun mengaku kapasitasnya masih terbatas. Namun untuk mengefektifkan misi bantuan, penyaluran dilakukan secara terfokus.

Maksudnya, pengiriman air bersih hanya dilakukan ke lingkungan yang benar-benar terdampak parah. "Faktanya krisis air bersih yang dialami warga terus bertambah. Dulu, awalnya hanya 25 KK yang terdampak saat ini bertambah menjadi 145 KK," katanya.

Terbaru, dusun yang mengalami perluasan kekeringan dan perlu mendapatkan droping air bersih yakni berada di Dukuh Joso, Desa Wates Kecamatan Slahung. Di mana di wilayah tersebut ada dua RT yang mengalami kesulitan air bersih.

Bantuan air bersih bahkan masih akan terus dilakukan pemerintah daerah setempat bekerja sama dengan elemen masyarakat lain serta badan usaha/perusahaan.

Kendati beberapa hari terakhir sebagian wilayah Ponorogo diguyur hujan, namun hal itu dinilai belum berdampak pada sediaan pasokan air bawah tanah.

Bagaimanapun, daerah-daerah yang mengalami krisis air bersih cukup parah tetap membutuhkan pasokan air bersih dari luar termasuk dari BPBD. Bahkan jumlah warga yang terdampak kekeringan kian bertambah.

Menurut Masun, hujan yang turun beberapa hari terakhir diakui masih merupakan masa transisi. Sebab jika mengacu pada rilis dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebutkan jika hujan akan turun pada pertengahan November.

"Dari rilis terbaru tersebut mengatakan dimungkinkan prakiraan normal hujan di Ponorogo pekan kedua November," kata Masun.

Oleh karena itu, hujan yang terjadi pada beberapa hari yang lalu masih belum berdampak signifikan terhadap kekeringan. Pun, jika terjadi hujan hanya membasahi lapisan atas permukaan tanah, sehingga air hujan belum bisa mencapai sumber air bawah tanah.

"Artinya hujan secara riil belum menambah sumber air, sehingga masih kita droping air," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement