REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejumlah warga Solo memberikan respons usai Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka maju pada kontestasi nasional Pilpres 2024 sebagai cawapres Prabowo. Ada yang berpendapat Gibran belum cocok maju sebagai cawapres. Namun ada juga yang setuju dengan langkah putra sulung Presiden Jokowi tersebut.
Nuryanto (44), seorang warga Laweyan, solo mengaku bangga seorang tokoh Solo bisa maju pada Pemilu 2024 mendatang. Menurutnya hal tersebut dapat berpengaruh pada pembangunan di Kota Solo.
"Saya sebagai warga kota Solo tentu bangga kalau ada calon orang pusat dari warga Solo. Dulu ada Pak Jokowi sebagai presiden maka pembangunan Kota Solo begitu pesat. Tentu harapan yang sama kepada Mas Gibran yang warga asli Solo, ikut bangga jika ada lagi warga Solo yang jadi orang pusat, apalagi cawapres," katanya.
Di sisi lain, ketika ditanya soal isu politik dinasti yang santer dikaitkan dengan keluarga Jokowi, termasuk majunya Gibran setelah keluar putusan MK, menurutnya hal tersebut tak relevan dengan sistem pemerintahan yang saat ini dianut di Indonesia. Menurut Nur, pemimpin tetap ditentukan melalui pemilu sehingga masyarakat jika tidak suka tak harus memilihnya.
"Politik dinasti bagi saya semacam isu yang tidak ada hubungan dengan sistem pemerintahan saat ini. Karena dinasti itu ditunjuk langsung jadi. Sementara saat ini Indonesia menganut pemilu yang dipilih oleh rakyat. Jadi sangat gampang bagi rakyat jika tidak ingin ada politik kekerabatan. Tinggal tidak dipilih dan selesai," katanya.
Berbeda dengan itu, Tia (40) seorang warga Laweyan berpendapat Gibran belum cocok untuk maju ke tingkat nasional. Menurutnya, Gibran perlu ditempa terlebih dahulu agar mempunyai pengalaman yang mumpuni untuk mengelola permasalahan tingkat nasional.
"Belum cukup matang karena di Solo baru dua sampai tiga tahun. Perlu kematangan lebih untuk politik di tingkat nasional. Tokoh-tokoh (lain) banyak punya pengalaman lebih dari dia. Dia memang pernah jadi wali kota, tapi lima tahun kan belum," katanya.
Menurutnya ada sosok yang lebih pas maju sebagai cawapres Prabowo. Menurutnya, Gibran belum banyak menyelami dinamika dan asam garam perpolitikan. Ia juga mengatakan jika dilihat secara popularitas, Gibran memang sudah di tingkat nasional. Namun secara kedewasaan politik belum mencukupi.
"Contohnya Erick Thohir, Mahfud MD, Ridwan Kamil, kan sudah di level nasional gitu lho. Bukan saya tidak mendukung Mas Wali, tapi saya melihatnya belum saatnya lah. Masih terlalu cepat, tapi secara popularitas dia mungkin dah nasional karena anaknya presiden. Ya kalau menurut saya kedewasaan berpolitiknya lah, ibaratnya belum merasakan pahit manisnya dunia perpolitikan lah," katanya.
Warga lainnya, Nando (32) mengaku bahagia dengan kabar Gibran menjadi cawapres. Namun, ia merasa tak rela yang bersangkutan harus meninggalkan posisi sebagai Wali Kota Solo. Menurutnya, majunya Gibran terlalu dini. "Ya turut bahagia lah semoga sukses lancar, walaupun sebenarnya masih gak rela mas Gibran harus jadi cawapres. Tapi mau gimana lagi? Sudah jadi kehendaknya mas Gibran, udah jalannya," katanya.
"Kalau secara pribadi sebenarnya terlalu dini. Baru 2,5 tahun jadi wali kota langsung melompat jadi cawapres. Semestinya menimba pengalaman dahulu menjadi gubernur, atau menyelesaikan periode wali kota sampai selesai. Harapannya semoga nanti wali kota terpilih pengganti Gibran dapat melanjutkan pembangunan yang sudah dibangun Gibran," katanya mengakhiri.