Ahad 29 Oct 2023 07:04 WIB

Sultan HB X Sebut Kebersamaan dan Kerja Sama Kunci Pelestarian Sumbu Filosofi

Diupayakan adanya badan pengelola warisan dunia dengan kewenangan lebih besar.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemda DIY menyebut upaya pelestarian nilai-nilai universal Sumbu Filosofi Yogyakarta dapat lebih dikuatkan dan terintegrasi melalui kebersamaan dan kerjasama semua pihak usai ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Dengan begitu, warisan dunia itu semakin terjamin keberadaannya dan dapat diwariskan kepada generasi masa depan. Hal ini disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam gelaran Pahargyan Warisan Dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta, di kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Sabtu (28/10/2023).

Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2023 yang digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas penetapan kawasan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Sultan menuturkan, Sumbu Filosofi Yogyakarta merupakan karya kreatif jenius yang mengkristalisasikan penghayatan manusia Jawa tentang nilai-nilai universal yang harus dimiliki manusia agar tercipta dunia yang indah, nyaman, dan tentram.

Sebagai bentuk komitmen, Pemda DIY, Pemerintah Kota Yogyakarta, dan Pemerintah Kabupaten Bantul akan tetap terus berusaha mengeksplorasi potensi dan membenahi upaya pengelolaan kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta atau The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks.

Disampaikan Sultan, saat ini pihaknya bersama pemerintah kabupaten/kota tengah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menyiapkan sejumlah regulasi untuk mendukung penguatan pelestarian di lingkungan Sumbu Filosofi Yogyakarta.

"Termasuk pengendalian pembangunan yang lebih efektif, terarah guna lahan yang lebih tepat, pengaturan transportasi ramah lingkungan, dan penataan aktivitas keseharian di kawasan tersebut,” kata Sultan.

Selain itu, Sultan menuturkan dampak peningkatan kunjungan wisata juga telah diantisipasi dengan kajian daya dukung, serta penyebaran kunjungan ke destinasi wisata alternatif lainnya. Untuk peningkatan SDM, juga telah disiapkan sejumlah program untuk membangun kemampuan yang dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, termasuk UNESCO Jakarta office, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat.

“Dalam hal pengelolaan terpadu, Pemda DIY, Pemerintah Kota Yogyakarta, dan Pemkab Bantul juga sedang berusaha keras mewujudkan badan pengelola warisan dunia yang memiliki kewenangan lebih besar, sehingga akan lebih berwibawa dan efektif dalam melakukan koordinasi dan pengendalian. Dengan demikian, pelestarian nilai-nilai universal luar biasa tersebut akan semakin terjamin di masa depan,” jelas Sultan.

Menyadari pengelolaan The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks akan menghadapi tantangan yang semakin berat di masa depan, Sultan menegaskan pentingnya kebersamaan dan kerja sama dari seluruh pihak terkait.

"Di mana keyakinan kami itu selaras dengan semangat yang menjiwai lahirnya Konvensi UNESCO untuk warisan dunia tahun 1972. Dalam konvensi itu dinyatakan bahwa penting bagi semua orang di dunia untuk bekerja sama dan berperan serta dalam upaya melindungi dan melestarikan warisan yang unik dan tak tergantikan tanpa membedakan siapa pemilik warisan budaya itu. Dibekali dengan semangat kerja sama Manunggaling Kawula lan Gusti, kami optimistis dapat melewati tantangan pelestarian di masa mendatang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement