REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Syariah Indonesia (BSI) terus memperkuat ekosistem ekonomi Islam sebagai strategi untuk mendorong percepatan inklusi keuangan syariah di Indonesia, baik dari sisi pengelolaan dana, manajemen keuangan serta pembiayaan. Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna menjelaskan, Pengembangan ekosistem ekonomi Islam tersebut dilakukan melalui pemberdayaan dan penguatan ekosistem pesantren, sekolah Islam, bisnis layanan ibadah haji dan umrah hingga ekosistem manajemen masjid.
"BSI bertekad menjadi partner keuangan syariah yang kompeten dan siap secara digital. Agar nantinya ekosistem pesantren, sekolah dan lembaga pendidikan Islam, bisnis haji dan umrah, manajemen pengelolaan masjid akan terstruktur dari sisi manajemen keuangan syariahnya," kata Anton, Ahad (5/11/2023).
Dari data yang dimiliki Perseroan, tercatat hingga September 2023 BSI tengah mengembangkan lebih dari 31 ribu pesantren, dengan dana kelolaan mencapai Rp 928 miliar. Adapun dana kelolaan sekolah Islam mencapai Rp 4,5 triliun, yang mencakup lebih dari 187 ribu sekolah.
Untuk ekosistem haji dan umrah, saat ini BSI telah mendapat kepercayaan 4,87 juta nasabah dengan dana kelolaan mencapai Rp 11,4 triliun, sedangkan melalui pemberdayaan ekosistem masjid sudah mencapai lebih dari 270 ribu nasabah.
"Saat ini, BSI telah memiliki cash management system yang bisa digunakan untuk korporasi, lembaga dan perorangan untuk mengontrol keuangannya. Sehingga cashflow dapat dikelola oleh pihak internal institusi. Selain itu, masyarakat juga bisa menggunakan BSI Mobile untuk mengakses lebih cepat transaksi pendanaan, non finansial, finansial maupun transaksi sosial seperti ZISWAF,” ujarnya.
Tercatat hingga September 2023, jumlah user BSI mencapai 5,90 juta bertumbuh 32,8 persen secara tahunan. Adapun transaksinya mencapai 266,29 juta kali bertumbuh 42,25 persen secara tahunan. Sedangkan nilai transaksi ZISWAF sendiri mencapai lebih dari Rp80 miliar, sekitar 7 juta transaksi.