Selasa 21 Nov 2023 14:51 WIB

‘Kemampuan Literasi Bantu Warga Saring Informasi Bohong’

Acara malam hari itu juga ditandai pemutaran film dokumenter tentang Ralina.

Para peserta dan pembicara Diskusi Literasi di Rumah Literasi Nasyiah (Ralina) Tunas Cendekia, yang terletak di Pedukuhan 3 Garongan Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (19/11/2023) lalu.
Foto: dokpri
Para peserta dan pembicara Diskusi Literasi di Rumah Literasi Nasyiah (Ralina) Tunas Cendekia, yang terletak di Pedukuhan 3 Garongan Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (19/11/2023) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, WATES — Kemampuan literasi dinilai penting bagi seluruh warga tanpa terkecuali. Apalagi ketika warga dihadapkan pada situasi menjelang pemilu di mana terdapat banyak kabar bohong (hoaks) serta ujaran kebencian bertebaran di mana-mana.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Iwan Setiawan, mengungkapkan bahwa literasi secara sederhana merupakan kecakapan untuk membaca, menulis, berbicara, dan menyaring informasi. 

"Setiap orang harus punya kecakapan literasi untuk hidup sehari-hari. Sebentar lagi ada masa-masa kampanye politik. Dengan kecakapan literasi, setiap warga bisa waspada saat menerima informasi dan tidak mudah terjebak informasi bohong," kata Iwan dalam Diskusi Literasi di Rumah Literasi Nasyiah (Ralina) Tunas Cendekia, yang terletak di Pedukuhan 3 Garongan Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (19/11/2023) lalu.

Iwan, yang juga seorang dosen Unisa Yogyakarta, mengatakan, informasi bohong sebenarnya sudah muncul sejak dulu sebelum digitalisasi belum terlalu masif. Ia pun mengisahkan cerita sang paman yang hampir tertipu hadiah sepeda motor sekitar 20 tahun lalu.

"Zaman SMS dulu sebelum ada Whatsapp. Paklek (paman-Red) saya pernah termakan informasi bohong. Dapat hadiah motor, disuruh bayar uang muka, lalu motor harus diambil ke Jakarta. Saking semangatnya, Paklek saya sampai menyewa mobil pickup untuk menjemput motor hadiah ke Jakarta. Selebihnya, tahu sendiri. Ini semua berita bohong, penipuan," ujarnya.

Selain warga sekitar Desa Garongan yang hadir, diskusi ini juga mengundang elemen Angkatan Muda Muhammadiyah lainnya di Kulonprogo, seperti PDNA, PDPM, PD IPM, dan PC IMM Kulonprogo. Termasuk juga undangan kepada eksternal Muhammadiyah, seperti Komunitas Pengelola Taman Baca dan Perwakilan Perpustakaan Kulonprogo.

Selain diskusi bersama Iwan Setiawan, acara malam hari itu juga ditandai pemutaran film dokumenter tentang Ralina karya Bachtiar Ardiansyah, seorang mahasiswa tingkat akhir di Prodi Ilmu Komunikasi Unisa Yogyakarta.

Film dokumenter berdurasi 15 menit tersebut bercerita tentang eksistensi Ralina dalam membantu warga sekitar meningkatkan budaya literasi. Ralina di Kulonprogo merupakan Pilot Project dari PP Nasyiatul Aisyiyah, yang diharapkan dari Kulonprogo dapat diduplikasi ke seluruh Indonesia.

Ralina merupakan tempat baca milik Nasyiah yang memberikan kemudahan dalam akses bacaan untuk perempuan, anak, dan masyarakat dengan menyediakan bahan pustaka. Di samping itu, Ralina juga melakukan program yang terkait dengan pemberdayaan perempuan berupa pelatihan–pelatihan yang sesuai dengan potensi dan kebutuhan warga setempat. 

Beberapa narasumber yang tampil dalam dokumenter tersebut antara lain Mu’arif (Pegiat Literasi Muhammadiyah), Ariati Dina Puspitasari (Ketua Umum PP Nasyiah), Faizah (Ketua PP Nasyiah), Mona Atalina (Ketua Departemen PITD PP Nasyiah) dan Romi Astanti (Ketua Pengelola Ralina Tunas Cendekia).

Romi Astanti selaku pengelola Ralina yang juga Guru di SMA Muhammadiyah Wates menyatakan kebahagiannya atas kelancaran acara diskusi. Seraya berharap Ralina Tunas Cendekia dapat memberikan manfaat lebih luas lagi untuk masyarakat sekitar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement