Rabu 22 Nov 2023 00:19 WIB

BWCF 2023 Siap Digelar, Angkat Pemikiran Almarhumah Edi Sedyawati

Disertasi milik almarhumah cukup legendaris di kalangan arkeolog.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah narasumber menjelaskan kegiatan The 12th BOROBUDUR WRITERS AND CULTURAL FESTIVAL (BWCF) 2023 yang akan dilaksanakan di Universitas Negeri Malang (UM).
Foto: Republika/ Wilda fizriyani
Sejumlah narasumber menjelaskan kegiatan The 12th BOROBUDUR WRITERS AND CULTURAL FESTIVAL (BWCF) 2023 yang akan dilaksanakan di Universitas Negeri Malang (UM).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- The 12th Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2023 siap diselenggarakan di Universitas Negeri Malang (UM) mulai 23 hingga 27 November 2023. Kegiatan BWCF kali ini khusus dipersembahkan kepada sosok almarhumah Edi Sedyawati.

Perintis BWCF 2023, Seno Joko Suyono menjelaskan, alasan pihaknya memilih Malang sebagai lokasi BWCF karena ditujukan untuk memperingati satu tahun atas wafatnya Edi Sedyawati. "Jadi sebenarnya diketahui bersama Prof Edi wafat November tahun lalu. Jadi tepat November setahun ini meninggalnya beliau," kata Seno saat ditemui wartawan di Kota Malang, Selasa (21/11/2023).

Malang sendiri memiliki keterkaitan erat dengan almarhumah Edi Sedyawati. Pasalnya, disertasi almarhumah diketahui banyak mengangkat isu-isu di Malang. Hal ini terutama tentang arca-arca Ganesha pada periode Kerajaan Singhasari dan Kerajaan Kadiri.

Seno menuturkan, disertasi milik almarhumah termasuk yang cukup legendaris di kalangan arkeolog. Sebab, tingkat dan mutu akademiknya sangat tinggi. Maka itu, pihaknya ingin menghelat BWCF di Malang karena untuk memperingati kematian dan disertasi almarhumah.

BWCF merupakan sebuah festival tahunan yang selalu berusaha menonjolkan relevansi pemikiran-pemikiran mengenai Nusantara dalam kehidupan. Dalam 12 tahun perjalanannya, BWCF selalu mengangkat kajian-kajian serius tentang topik tertentu dalam khazanah Nusantara.

Selalu dalam setiap penyelenggaraanya, BWCF mendatangkan puluhan pakar lintas disiplin dari arkeologi, sejarah, antropologi sampai filologi.

"Diharapkan dengan adanya forum ini, kekayaan pemikiran nusantara dapat terangkat kembali dan dikenali oleh khalayak luas termasuk generasi milenial," ujarnya.

BWCF tahun sebelumnya mengangkat pemikiran almarhum arkeolog Hariani Santiko, rekan kerja Edi Sedyawati yang wafat lebih dahulu. Disertasi Hariani yang dipertahankan di Universitas Indonesia 1987 berjudul Kedudukan Batari Durga di Jawa pada Abad X-XV Masehi.

Disertasi tersebut  dianggap sangat penting dan langka karena menyajikan data dan dokumen mengenai salah satu heritage arkeologi yang hebat tetapi dilupakan dan jarang dibahas: arca- arca Durga.

Adapun pada tahun ini, giliran spektrum pemikiran Edi Sedyawati yang dipilih sebagai tema utama BWCF. Disertasi Edi Sedyawati berjudul Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian sama pentingnya dengan disertasi Hariani Santiko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement