Kamis 30 Nov 2023 20:52 WIB

Jumlah Santripreneur Jatim Tumbuh Lampaui Target 2024

Banyak produk asli pesantren yang mampu merambah pasar internasional.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Santri mempraktikkan proses pemotretan produk sebelum diunggah ke pasar daring dalam pelatihan keterampilan santri berwirausaha (santripreneur). ilustrasi
Foto: Antara/Irfan Anshori
Santri mempraktikkan proses pemotretan produk sebelum diunggah ke pasar daring dalam pelatihan keterampilan santri berwirausaha (santripreneur). ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan program One Pesantren One Produk (OPOP) telah mendorong pertumbuhan santripreneur di wilayah setempat. Bahkan, kata dia, jumlah wirausahawan dari kalangan santri dan santriawati di Jatim telah melampaui target 2024.

"Jadi target 2024 itu terdapat 1.000 wirausahawan santri dan santriwati. Tapi kemarin, Juli, sudah 1.000 santri, dan sekarang sudah 1.400-an. Ini artinya target 2024 sudah terlampaui di 2023 ini," kata Khofifah, Kamis (30/11/2023).

Ia pun terus mendorong santri dan santriwati untuk memaksimalkan potensi yang ada di sekitar pesantren, baik untuk kebutuhan internal maupun eksternal. Ia mencontohkan, untuk di internal pesantren saja, jika santrinya ebih dari 1.000 maka kebutuhan logistik untuk para santri sangat besar.

"Dari seluruh kebutuhan-kebutuhan santri jika kemudian terkonsolidasikan dengan pesantren terdekat, ada gudang yang mumpuni, pasti proses distribusi internal antarpesantren itu luar biasa," ujar dia.

Kemudian, lanjut Khofifah, dari sisi eksternal, banyak sekali pesantren yang memiliki daya dukung alam dan lingkungan yang memungkinkan untuk ditumbuhkembangkan. Menurutnya, kekuatan alam Jatim sangat memungkinkan bisa dilakukan proses hilirisasi dengan market yang luar biasa.

Bahkan, kata dia, telah banyak produk asli pesantren yang mampu merambah pasar internasional. Ia mencontohkan daun talas asal Nganjuk dan Jombang yang saat ini mampu menembus pasar Jepang dan Australia dengan jumlah cukup besar.

"Kemudian daun kelor dari Sumenep juga sudah diekspor ke Jerman. Ada yang dalam bentuk kapsul, ada pula yang cair, dan lain sebagainya," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement