Jumat 12 Jan 2024 22:50 WIB

Petani Bawang Merah di Bantul Diimbau Tanam di Waktu Berbeda

Tanam bawang merah diharapkan tidak dilakukan serentak di semua lahan.

Rep: Antara/ Red: Irfan Fitrat
(ILUSTRASI) Panen bawang merah.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
(ILUSTRASI) Panen bawang merah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL — Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau petani menanam bawang merah di waktu berbeda-beda. Dengan begitu, diharapkan stok komoditas tersebut lebih terjaga, begitu juga harganya ketika masa panen.

“Pada musim 2024 ini kita arahkan petani agar dalam menanam bawang merah itu tidak bareng. Jadi, di Januari ada yang tanam, kemudian Februari ada yang tanam, dan Maret ada yang tanam,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bantul Joko Waluyo, Jumat (12/1/2024).

Baca Juga

Menurut Joko, dengan pola seperti itu, diharapkan setiap bulan ada bawang merah yang dipanen, sehingga ketersediaan komoditas tersebut terjaga. Namun, kata dia, hasil panennya tidak terlalu melimpah, yang dapat membuat harganya turun.

“Jadi, setiap bulan ada tanaman, setiap bulan ada panenan. Otomatis tidak ada gejolak. Harapan kami untuk mencegah inflasi. Kalau selama ini masih bareng, sehingga kalau pas ambruk, ya, ambruk bareng. Kalau pas jaya, jaya bareng,” ujar Joko.

Joko mengatakan, dengan pola tanam di waktu berbeda, diharapkan para petani bawang merah bisa mendapatkan keuntungan yang lebih stabil, tidak sampai anjlok.

“Seperti kemarin saat panenan bawang merah di bulan September, Agustus 2023, itu jeblok, dengan harga yang sekitar Rp 9.000 per kilogram. Padahal, modalnya sebesar Rp 12 ribu per kilogram. Karena saat itu tanaman banyak sekali, berapa ratus hektare,” kata Joko.

Joko mengakui, untuk menerapkan pola tanam bawang merah di waktu berbeda itu ada kendala musim. Namun, kata dia, ada upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelangsungan tanaman bawang merah.

“Misalnya, kalau lahan pasir, jelas itu pupuk pengaruh sekali, terutama pupuk organik. Yang kedua, pengawasan penyakit harus lebih intens. Terus penyiramannya dengan elektrifikasi karena dengan elektrifikasi itu ternyata penyakit tidak gampang menyerang,” ujar Joko.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement