Oleh : Dr. dr. Nur Shani Meida., M.Kes, Sp.M (Bagian Mata, FKIK UMY)
REPUBLIKA.CO.ID, Mata kering (dry eye) adalah gangguan lapisan air mata yang ditandai dengan gejala mata terasa tidak nyaman (kering) yang terasa seperti terbakar atau menyengat, gatal, nyeri, kemerahan dan kadang disertai dengan kabur. Selain dengan anamnesis dan wawancara, penegakan diagnosis mata kering dapat dilakukan dengan uji Schimmer. Hasil uji Schirmer kurang dari 10 milimeter dalam 5 menit dapat menegakkan diagnosis mata kering.
Mata kering disebabkan oleh produksi air mata yang berkurang dan rendahnya kualitas air mata ataupun penguapan air mata yang tinggi. Salah satu fungsi air mata untuk membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva menjadi terganggu sehingga muncul gejala mata kering. Adanya mata kering dapat menimbulkan ketidaknyamanan mata dan memiliki dampak besar pada fungsi mata, aktivitas sehari-hari, fungsi sosial dan fisik, serta produktivitas kerja.
Mata kering sering dijumpai pada populasi masyarakat dengan prevalensi sekitar 10-30 persen. Prevalensi ini terutama terjadi pada orang berusia lanjut (lebih dari 40 tahun). Selain faktor umur, terdapat faktor lain yang dapat menjadi risiko terjadinya mata kering seperti jenis kelamin, pemakaian lensa kontak, obat sistemik tertentu (seperti beberapa antihistamin dan antidepresan), paska operasi refraktif mata (seperti LASIX), kebiasaan merokok, kebiasaan membaca, menonton televisi dan menggunakan komputer dalam jangka waktu lama serta iklim dan tantangan lingkungan, seperti polusi dan cuaca panas dapat menjadi faktor risiko terjadinya mata kering.
Lantas bagaimana dengan puasa Ramadhan? Apakah ada hubungan puasa Ramadhan dengan mata kering? Beberapa peneliti menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara puasa Ramadhan dengan kejadian mata kering.
Puasa Ramadhan adalah menahan diri dari makan dan minum semenjak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari (sekitar 12-13 jam) selama satu bulan penuh. Pada saat puasa Ramadhan terjadi perubahan pola dan kebiasaan makan yang dilakukan hanya pada waktu sahur dan buka puasa.
Perubahan pola dan kebiasaan makan ini dalam beberapa penelitian dapat mengganggu sekresi air mata. Efek dehidrasi selama puasa Ramadhan dapat menimbulkan mata kering. Dehidrasi yang diduga dapat terjadi saat menjalankan puasa Ramadhan menyebabkan peningkatan osmolaritas cairan air mata sehingga memengaruhi fungsi dan dinamika air mata.
Seorang peneliti melakukan penelitian tentang sekresi mata pada saat pagi dan sore hari ternyata berbeda. Sekresi air mata pada pagi hari lebih tinggi dikarenakan probandus sudah minum beberapa jam sebelumnya pada saat sahur, sedangkan pada sore hari (menjelang buka puasa) sekresi air mata menurun akibat dehidrasi atau beberapa lama tidak ada pemasukan minum air.
Puasa Ramadhan juga berpengaruh terhadap sistem saraf simpatik yaitu dengan terjadinya peningkatan stimulasi sehingga saraf simpatik lebih aktif saat puasa dan menyebabkan aktivitas enzim dan sekresi protein menjadi menurun. Beberapa peneliti menjelaskan bahwa terdapat penurunan beberapa protein akibat dari penurunan aktivitas beberapa enzim seperti lisozim, laktoferin, dan alfa amilase di dalam air mata saat berpuasa.
Kesimpulan makalah ini bahwa terdapat hubungan antara puasa Ramadhan dengan kejadian mata kering. Untuk mengatasi kejadian mata kering di bulan Ramadhan terutama bagi masyarakat yang menjadi faktor risiko terkena mata kering (seperti wanita, usia lanjut, pemakai lensa kontak, pekerja oudoor maupun indoor, pasien paska operasi LASIX) disarankan minum yang cukup pada saat buka dan sahur, menghindari sinar matahari dan cuaca panas, menggunakan alat bantu topi, payung dan kacamata (untuk mengurangi penguapan air mata), memberikan tambahan tetes air mata buatan dan selanjutnya konsultasi ke dokter jika keluhan tidak membaik.