Oleh : Yayat Hidayat (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Arab UMY)
REPUBLIKA.CO.ID, Datangnya bulan Ramadhan bagai mata air kehidupan yang memberikan kenikmatan istimewa. Kesempatan mendapati bulan Ramadhan adalah momen tepat untuk mengatur ulang proses perjalanan hidup melalui pertaubatan, koreksi diri untuk mengejar ketertinggalan pencapaian, sekaligus menyiapkan bekal perjalanan panjang menuju kampung keabadian (akhirat).
Potensi untuk beramal saleh terbuka lebar, iman sebagai penentu amal saleh. Motivasi bagi orang beriman untuk lebih bersemangat dalam beramal saleh. Yang menjadi ciri khas kekhususan bulan ramadhan paling tidak terdapat 10 dorongan penting untuk beramal saleh.
Pertama, bulan diturunkannya Alquran pertama kali, yaitu pada malam lailatul qodar. Kedua, pintu-pintu surga dibuka. Ketiga, pintu-pintu neraka ditutup. Keempat, ruang gerak setan dibatasi tidak seperti di bulan lainnya. Kelima, ada malam lailatul qadar yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Keenam, bulan Ramadhan memiliki kekhususan menjadi waktu untuk puasa yang merupakan salah satu ibadah paling utama. Ketujuh, orang yang berpuasa, shalat tarawih dengan keimanan dan mengharap pahala akan diampuni dosanya yang telah lalu. Kedelapan, umrah pada bulan Ramadhan berpahala haji atau haji bersama Rasulullah SAW. Kesembilan, orang yang menyediakan makan untuk berbuka memiliki pahala sama dengan orang yang berpuasa. Kesepuluh, bulan dilipatgandakan nilai pahala, kebaikan dan keberkahan.
Dorongan kuat untuk beramal saleh dan bersemangat memperlihatkan kebaikan kepada Allah melalui ketaatan dan memperbanyak bekal ketakwaan merupakan nilai-nilai sentral dalam akhlak. Akhlak ialah amal saleh yang sekaligus juga menjadi inti nilai-nilai Islam Qur'ani.
Mukmin yang menyadari akan hakikat kehidupan akhirat dia akan berusaha mengisi kehidupannya dengan beriman dan beramal saleh karena kesempatan ini hanya diberikan ketika seorang manusia hidup di dunia. Kerinduan untuk memiliki iman jika dikembalikan lagi kedunia diabadikan oleh Allah SWT di surat (QS. 26: 102) dan kerinduan untuk beramal saleh Allah abadikan di surat (QS. 35: 37), yang pada intinya berusaha ingin memaksimalkan kesempatan hidup dengan iman dan amal saleh.
Puasa adalah kewajiban yang dibebankan atas seluruh umat manusia karena puasa adalah ibadah yang agung, sebagai bentuk penghambaan kepada Allah, dan keuntungannya kembali kepada manusia. Puasa adalah ibadah istimewa karena langsung Allah yang akan memberikan pahalanya, berbeda dengan amal ibadah lainnya.
Dalam sebuah ungkapan "Besaran nilai suatu hadiah tergantung kedudukan yang memberinya." Kekhususan Allah yang langsung memberi pahala dikarenakan puasa adalah ibadah privat dan eksklusif antara Allah dan hamba, orang lain tidak bisa melihatnya sehingga hamba bertanggung jawab atau kualitas puasanya.
Maka orang yang berpuasa diberikan oleh Allah pahala yang besar, diberikan oleh Allah janji yang luar biasa, bahkan shaum itu sendiri akan memberikan syafaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Puasa meminta kepada Allah pada hari kiamat agar Allah memberikan kepada dirinya hak untuk memberikan syafaat kepada orang yang berpuasa.
Pahala puasa tanpa batas sama dengan pahala kesabaran, karena terkumpul pada puasa tiga kesabaran; sabar dengan takdir Allah, sabar dengan ketaatan, dan sabar dalam usaha menjauhi larangan. Pahala menjanjikan dua kebahagiaan; bahagia saat berbuka didepan hidangan berbuka dan bahagia saat bertemu dengan Allah kelak di hari kiamat, karena besaran pahala yang akan diterima.