Kamis 20 Jun 2024 08:51 WIB

Gunung Merapi Kembali Luncurkan APG dan 11 Guguran Lava

Saat ini, aktivitas Merapi masih cukup tinggi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/2/2024). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 28 Februari 2024 pukul 00.00 - 24.00 WIB telah terjadi sembilan kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.300 meter dan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran Gunung Merapi.
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (29/2/2024). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 28 Februari 2024 pukul 00.00 - 24.00 WIB telah terjadi sembilan kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.300 meter dan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran (APG) dalam kurun waktu 24 jam terakhir. Pada Selasa (18/6/2024) malam, Merapi mengeluarkan satu kali APG yakni pada pukul 20.55 WIB.  

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso mengatakan, luncuran APG tersebut mengarah ke barat daya atau ke Kali Bebeng. Jarak luncur APG tersebut mencapai 1.500 meter. 

"Kejadian awan panas guguran dengan amplitudo maksimum 37 milimeter, durasi 149.52 detik, estimasi jarak luncur 1.500 meter ke Kali Bebeng," kata Agus, Rabu (19/6/2024). 

Selain itu, BPPTKG juga mencatat bahwa Merapi meluncurkan 11 kali guguran lava dalam 24 jam terakhir. Guguran lava ini juga mengarah ke barat daya atau kali bebeng, dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter. 

"Terdengar satu kali suara guguran dari Pos Pengamatan Babadan dengan intensitas sedang," ucap Agus. 

Terkait dengan kegempaan, BPPTKG mencatat terjadi 45 kali gempa guguran, 20 kali gempa fase banyak. Selain itu, juga terjadi empat kali gempa vulkanik dangkal, satu kali gempa tektonik, dan satu kali gempa awan panas guguran. 

"Untuk laju rata-rata deformasi EDM Babadan sebesar -0,2 sentimeter per hari dalam empat hari terakhir," jelasnya. 

Saat ini, aktivitas Merapi masih cukup tinggi. Potensi bahaya Merapi, lanjut Agus, masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara. 

Pada sektor selatan-barat daya, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. 

Pada sektor tenggara, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.

"Data pemantauan menunjukkan suplai magma di Merapi masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," ungkapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement